Taman Nasional Gunung Halimun |
Flamboyan68 - Gunung Halimun merupakan salah satu kawasan perlindungan dan pelestarian hutan hujan tropis terluas di Jawa Barat. Pada tahun 1992 kawasan ini ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai taman nasional. Nama Halimun diambil dari keadaan cuaca di kawasan ini, karena di pagi dan di sore hari ketenangan hutan dan pegunungan sering sekali diselimuti kabut tipis atau ‘halimun’ (dalam bhs. sunda).(http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=474&lang=id)
Taman Nasional ini ditetapkan sebagai salah satu Taman Nasional di Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 282/Kpts-II/1992 tanggal 28 Pebruari 1992 dengan luas 40.000 hektar dan resmi ditetapkan pada tanggal 23 Maret 1997 sebagai salah satu unit pelaksana teknis Departemen Kehutanan.
Peta TNGH |
Selanjutnya atas dasar kondisi sumber daya alam hutan yang semakin terancam rusak dan adanya desakan para pihak yang peduli konservasi alam, kawasan TNGH ditambah dengan kawasan hutan Gunung Salak, Gunung Endut dan kawasan di sekitarnya yang status sebelumnya merupakan hutan produksi terbatas dan hutan konservasi yang dikelola Perum Perutani diubah fungsinya menjadi hutan Konservasi.
Akhirnya berdasarkan surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 175/Kpts-II/2003 TNGH yang luasan awalnya 40.000 hektare menjadi 113.357 hektare dan menjadi Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.
Akhirnya berdasarkan surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 175/Kpts-II/2003 TNGH yang luasan awalnya 40.000 hektare menjadi 113.357 hektare dan menjadi Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.
( + ) Sejarah pengelolaan Kawasan;
- Tahun 1924-1934; status sebagai hutan lindung dibawah pemerintah Belanda dengan Luas mencakup 39, 941 Hektar
- Tahun 1935-1961; status sebagai Cagar Alam di bawah pengelolaan Pemerintah Belanda dan Republik Indonesia Djawatan Kehutanan Jawa Barat
- Tahun 1961-1978; status Cagar Alam di bawah pengelolaan Perhutani Jawa Barat
- Tahun 1979-1990; status Cagar Alam di bawah pengelolaan Balai Konservasi Sumber Daya Alam III, sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat.
- Tahun 1990-1992; status sebagai Cagar Alam dikelola oleh Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
- Tahun 1992-1997; Status Taman Nasional dibawah pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
- Tahun 1997-2003; status Taman Nasional di bawah pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun setingkat Eselon III
- Tahun 2003; Status penunjukan kawasan menjadi Taman Nasional Gunung Halimun Salak seluas 113.357 hektar.
Peta Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) |
Secara administratif, kawasan konservasi TN Gunung Halimun –
Salak termasuk ke dalam wilayah tiga kabupaten, yakni Kabupaten Bogor dan
Sukabumi di Jawa Barat, dan Lebak di Propinsi Banten. Topografi wilayah ini
berbukit-bukit dan bergunung-gunung, pada kisaran ketinggian antara 500–2.211 m
dpl.
Puncak-puncaknya di antaranya adalah;
- G. Halimun
Utara (1.929 m.dpl),
- G. Ciawitali
(1.530 m.dpl),
- G. Kencana
(1.831 m.dpl),
- G. Botol (1.850
m.dpl),
- G. Sanggabuana
(1.920 m.dpl),
- G. Kendeng
Selatan (1.680 m.dpl),
- G. Halimun
Selatan (1.758 m.dpl),
- G. Endut
(timur) (1.471 m.dpl),
- G. Sumbul
(1.926 m.dpl),
- G. Salak 1
(2.211 m.dpl)
- G. Salak 2
(ketinggian 2.180 m.dpl)
Jajaran puncak gunung-gunung ini acapkali diselimuti kabut (halimun),
maka dinamai demikian.
Kawasan TN Gunung Halimun – Salak memang merupakan daerah yang
basah. Curah hujan tahunannya berkisar antara 4.000–6.000 mm, dengan bulan
kering kurang dari 3 bulan di antara Mei hingga September. Iklim ini
digolongkan ke dalam tipe A hingga B menurut klasifikasi curah hujan Schmidt
dan Ferguson. Suhu bulanannya berkisar antara 19,7–31,8°C, dan kelembaban
udara rata-rata 88%.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Gunung_Halimun_Salak)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Gunung_Halimun_Salak)
Sisi Lain Hutan TNGH |
(+) Vegetasi dan flora
Hutan Tutupan di Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) ini
dapat digolongkan atas 3 zona vegetasi :
- Zona perbukitan
(colline) hutan dataran rendah, yang didapati hingga ketinggian
900–1.150 m dpl.
- Zona hutan
pegunungan bawah (submontane forest), antara 1.050–1.400 m dpl; dan
- Zona hutan
pegunungan atas (montane forest), di atas elevasi 1.500 m dpl.
Keanekaragamannya cenderung berkurang dengan bertambahnya
ketinggian. Dua petak coba permanen, masing-masing seluas 1 ha, di zona
submontana ditumbuhi 116 dan 105 spesies pohon. Sementara satu plot lagi dengan
luas yang sama di zona montana didapati hanya berisi 46 spesies pohon.
Catatan sementara mendapatkan lebih dari 500 spesies tumbuhan,
yang tergolong ke dalam 266 genera dan 93 suku, hidup di kawasan konservasi
ini. Hasil ini diduga masih jauh di bawah angka yang sesungguhnya, mengingat
bahwa TN Gede Pangrango yang berdekatan dan mirip kondisinya, namun luasnya
kurang dari sepertujuh TNGHS, tercatat memiliki 844 spesies tumbuhan berbunga.
Apalagi penelitian di atas belum mencakup wilayah-wilayah yang ditambahkan
semenjak 2003.
Penelitian pada zona perbukitan di wilayah Citorek mendapatkan
91 spesies pohon, dari 70 marga dan 36 suku. Suku yang dominan adalah Fagaceae
( suku anggota tumbuhan berbunga-suku pasang-pasangan), yang diwakili oleh 10
spesies dan 144 (dari total 519) individu pohon; diikuti oleh Lauraceae, yang
diwakili oleh 9 spesies dan 26 individu pohon. Jenis-jenis yang memiliki nilai
penting tertinggi, berturut-turut adalah ki riung anak atau ringkasnya ki anak
(Castanopsis acuminatissima), pasang parengpeng (Quercus oidocarpa),
puspa (Schima wallichii), saketi (Eurya acuminata), dan rasamala
(Altingia excelsa). Jenis-jenis tersebut selanjutnya membentuk tiga tipe
komunitas hutan yang terbedakan di lapangan, yakni tipe Castanopsis acuminatissima
– Quercus oidocarpa; Schima wallichii – Castanopsis acuminatissima,
dan Schima wallichii – Eurya acuminata.
Kantong Semar (Nepenthes gymnamphora) |
Anggrek Gastrochilus sororius |
Jamur Phosphor (glowing mushrooms) yang berpendar di malam hari |
Dua plot permanen yang dibuat pada hutan submontana di
ketinggian 1.100 m dpl., yakni dekat Stasiun Riset Cikaniki dan di gigir utara G.
Kendeng, berturut-turut didominasi oleh rasamala (A. excelsa) dan ki
anak (C. acuminatissima). Sedangkan plot permanen pada hutan montana di
bawah puncak G. Botol pada elevasi 1.700 m dpl, didominasi oleh pasang Quercus
lineata. Hutan montana di atas 1.500 m dpl. umumnya dikuasai oleh
jenis-jenis Podocarpaceae, seperti Jamuju- kayu embun/cemba-cemba) (Dacrycarpus
imbricatus), Ki Bima (Podocarpus blumei) dan Ki Putri (P.
neriifolius). Di taman nasional ini juga didapati sekurang-kurangnya 156
spesies anggrek; diyakini jumlah ini masih jauh di bawah angka sebenarnya
apabila dibandingkan dengan kekayaan anggrek Jawa Barat yang tidak kurang dari
642 spesies. (http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Gunung_Halimun_Salak)
(+) Fauna
Hutan-hutan primer dan pelbagai kondisi habitat lainnya
menyediakan tempat hidup bagi aneka jenis margasatwa di TN Gunung Halimun –
Salak. Tidak kurang dari 244 spesies burung, 27 spesies di antaranya adalah
jenis *)endemik Pulau Jawa yang memiliki daerah sebaran terbatas. Dari
antaranya terdapat 23 spesies burung migran. Wilayah ini juga telah ditetapkan
oleh *)BirdLife, organisasi internasional pelestari burung, sebagai daerah
burung penting (IBA, important bird areas) dengan nomor ID075 (Gunung
Salak) dan ID076 (Gunung Halimun).
Wilayah-wilayah ini terutama penting untuk
menyelamatkan jenis-jenis elang jawa (Spizaetus bartelsi), luntur jawa (Apalharpactes
reinwardtii), ciung-mungkal jawa (Cochoa azurea), celepuk jawa (Otus
angelinae), dan gelatik jawa (Padda oryzivora).
Macan Tutul (Panthera pardus melas) G. Halimun |
Javan_Hawk_Eagle_(Spizaetus_bartelsi) |
Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) |
Catatan sementara herpetofauna di taman nasional ini
mendapatkan sejumlah 16 spesies kodok, 12 spesies kadal dan 9 spesies ular.
Daftar ini kemudian masing-masing bertambah dengan 10, 8, dan 10 spesies,
berturut-turut untuk jenis-jenis kodok, kadal, dan ular. Namun demikian, daftar
ini belum lagi mencakup jenis-jenis biawak dan kura-kura yang hidup di sini.
Lutung(Trachypithecus auratus) |
Owa Jawa (Hylobates moloch) |
Mamalia terdaftar sebanyak 61 spesies. Di antaranya termasuk
jenis-jenis langka seperti macan tutul jawa (Panthera pardus melas), owa
jawa (Hylobates moloch), surili (Presbytis aygula), lutung budeng
(Trachypithecus auratus), dan juga ajag (Cuon alpinus).
(http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Gunung_Halimun_Salak)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Gunung_Halimun_Salak)
(+) Pengelolaan TNGH
Dilihat dari bentuk kawasannya, Taman Nasional Gunung Halimun
Salak berbentuk seperti bintang atau jemari, sehingga batas yang mengelilingi
kawasan taman nasional ini menjadi lebih panjang. Pengelolaan kawasan seperti
ini lebih sulit dibandingkan dengan pengelolaan kawasan yang berbentuk relatif
bulat. Apalagi di dalamnya terdapat beberapa enklave berupa perkebunan,
permukiman masyarakat tradisional serta beberapa aktivitas pertambangan emas,
pembangkit energi listrik panas bumi dan pariwisata. Termasuk pula
permukiman-permukiman masyarakat adat Kasepuhan Banten Kidul.
Banyak para petani tradisional maupun pendatang sudah tinggal
di wilayah ini sebelum kawasan ini ditetapkan sebagai areal konservasi.
Sehingga menjadi tantangan pengelola, para pihak dan masyarakat lokal dalam
mengembangkan model pengelolaan kawasan TNGHS yang lebih kolaboratif dan
berkelanjutan.(http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Gunung_Halimun_Salak)
(+) Lokasi / Objek yang menarik di TNGH
- Objek wisata air terjun / curug di taman nasional ini sangat banyak diantaranya; curug Cimantaja, Curug Piit, Curug Cipamulaan, Curug Cihanyawar, Curug Citangkolo.
Air Terjun/Curug Cimantaja TNGH |
Air Terjun/Curug Piit - TNGH |
- Station Penelitian Cikaniki merupakan tempat yang digunakan untuk berbagai research flora dan fauna di taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) ini. Salah satu yang menarik untuk dilihat adalah tumbuhan jamur "glowing mushrooms" yang berpendar di malam hari.
Station Research Cikaniki - TNGH |
- Objek wisata lainnya adalah Perkebunan Teh Nirmala yang berada dipintu masuk utama Cipeuteuy dan berada di areal Taman Nasional Gunung halimun (TNGH). Areal perkebunan teh ini berada di tengah-tengah Taman Nasional Gunung Halimun dengan luas sekitar 997 ha. Dari perkebunan ini kita bisa melakukan pengamatan atau mengamati burung elang jawa (Spizaetus bartelsi) yang melintas dan bersarang disini.
Perkebunan Teh Nirmala Areal TNGH |
Akses di Areal Perkebunan Teh Nirmala-TNGH |
Sisi Lain Perkebunan Teh Nirmala TNGH |
- Wisata Arung Jeram. Kegiatan arung jeram dilakukan di sungai Citarik dan Cicatih, sungai citarik terletak di Taman Nasional Gunung Halimun Cikidang, Kab.Sukabumi Jawa Barat, sungai ini merupakan salah satu sungai yang diperhitungkan oleh penggemar arung jeram. Sungai citarik berada di bagian tenggara taman nasional. Wisata arung jeram di sungai ini merupakan daya tarik tersendiri yaitu dengan arusnya yang deras, dan juga air terjun/curug yang terdapat di kawasan ini di tambah lagi dengan lanskap alam yang asri dan sejuk. http://www.outboundindonesia.com/tag/rafting-di-sungai-citarik/
Sungai Citarik |
- Musim kunjungan terbaik pada bulan Juni - Agustus setiap tahunnya. (http://www.dephut.go.id/uploads/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_halimun.htm)
- Gunung Batu dan Cadas Belang - Di taman nasional ini juga terdapat lokasi yang dipercaya mempunyai kekuatan spritual, dan menarik minat pengunjung untuk berziarah. Di gunung batu terdiri dari dinding batu yang terletak pada puncak bukit, sering digunakan untuk tempat ziarah. Lokasi ini berada di desa mekarjaya dengan pencapaian lokasi dengan jalan kaki sekitar 2 jam dari kampung cigadog.
- Bumi Perkemahan - Salah satu kegiatan yang dapat dikembangkan di TNGHS adalah berkemah di bumi perkemahan yang sudah tersedia sumber air dan kamar mandi. Lokasinya terdapat di Citalahab, Cikelat, Wates, Cangkuang, Sukamantri dan Gunung Bunder.
- Jalur Interpretasi ( Loop Trail ) dan Wisma Tamu Citalahab - Jalan setapak Cikaniki - Citalahab sepanjang 3,8 km dibuat pada tahun 1997, jalur ini telah dilengkapi dengan pal hekto meter ( HM ), papan petunjuk dan shelter. Setelah HM 15, pada jalur ini terdapat dua alternalif jalan yaitu yang langsung ke kampung Citalahab Sentral dimana terdapat wisma tamu dan home stay yang dikelola masyarakat lokal atau yang berputar ke perkebunan teh Nirmala blok Citalahab Bedeng sekitar 3,8 km. Sepanjang jalur ini dapat menikmati berbagai flora fauna menarik yang akan memberi pengalaman baru bagi pengunjung berjalan di dalam hutan tropis.
Loop Trail di TNGH |
Loop Trail di TNGH |
- Sumber Air Panas - Di TNGHS terdapat beberapa sumber air panas yang masih alami seperti di Cisukarame dan di Gunung Menir, maupun yang sudah dibuka sebagai tempat rekreasi, seperti di Gunung Salak Endah, Cisolok dan Cipanas.
- Objek wisata situs candi cibedug. Situs ini terletak di Lebak Sibedug yang masuk wilayah desa Citorek Barat, Kec. Cibeber, Kab. Lebak Provinsi Banten. Situs ini merupakan peninggalan jaman Megalitikum yang berupa menhir dan punden berundak yang berada pada areal isolasi yang oleh pemerintah di beri nama "Situs Lebak Cibedug". Punden berundak pada situs cibedug ini mempunyai sembilan teras dengan susunan batu yang berbentuk lonjong seperti menhir, kalau di situs megalitikum gunung padang susunan terasnya berjumlah lima. Situs ini terletak di lereng pasir manggu dengan -/+ 2 hektar komplek bangunan pada situs ini terdiri atas 3 bagian halaman, dengan pembagian halaman yang semakin meninggi dari sisi sebelah timur ke barat. Untuk mencapai lokasi tersebut dapat ditempuh melalui 2 jalur, yaitu : 1) Rangkasbitung – Citorek melalui Kec. Cipanas – Ciparasi Kec. Muncang kurang lebih 50 km dan berjalan kaki sekitar 12 km. 2) Rangkasbitung – Cikotok – Warungbanten – Citorek Kec. Cibeber melalui Malingping – Bayah sekitar 170 km dan berjalan kaki sekitar 12 km.
Situs Candi Cibedug Lebak Banten - TNGH |
- Atraksi Budaya - Upacara tersebut diselenggarakan di Kasepuhan Banten Kidul dengan pagelaran kesenian tradisional, mulai dari debus, musik angklung besar hingga kesenian khas Sunda lainnya. Kegiatan adat ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur atas keberhasilan mereka dalam dunia pertanian salah satunya adalah padi. Setiap tahun atraksi budaya ini digelar yaitu setiap bulan Juni - Desember.
Acara Seren Taun |
Atraksi Budaya Acara Seren Taun |
Acara Seren Taun Kasepuhan |
Acara Seren Taun |
- Canopy Trail/Canopy Walk - Jembatan gantung yang menghubungkan antara pohon yang satu dengan pohon lainnya. Jembatan ini merupakan salah satu pendukung kegiatan penelitian flora dan fauna di taman ini, letaknya sekitar 200 meter dari Stasiun Penelitian Cikaniki. Anda bisa berjalan di atas jembatan ini, dari satu pohon ke pohon lainnya sambil mengamati satwa liar yang tinggal di pohon. Jembatan dengan panjang 125 meter, ditopang oleh 7 pohon besar berada di ketinggian 30 meter dari permukaan tanah. Maksimal jumlah orang yang bisa di tanggung kanopi adalah 5 orang sehingga bila lebih dari 5 orang harus bergantian.
Canopy Trail (jembatan Gantung) - TNGH Canopy Trail (jembatan Gantung) - TNGH
- Salah satu kegiatan utama yang dilakukan Kampung Halimun adalah program pengembangan wisata kampung di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Model ini dikembangkan dengan sebuah semangat untuk memberikan ruang manfaat ekologi hutan bagi masyarakat setempat. Masyarakat diposisikan sebagai pengelola secara langsung atas paket-paket wisata yang dikembangkan. Hingga saat ini, pengembangan model tersebut terdapat di 2 kampung, yaitu Kampung Citalahab dan Kampung Sukagalih.(http://kampunghalimun.blogspot.com/p/wisata-kampung.html)
- Kampung SukagalihKampung Sukagalih berada di Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kampung ini berada di sebelah timur Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, dan merupakan salah satu kampung yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan taman nasional yang menghubungkan Gunung Halimun dan Gunung Salak.
Masyarakat Kampung Sukagalih mayoritas bermata pencaharian sebagai petani, dengan memanfaatkan tanah untuk bertanam padi dan sayuran.Sebagai upaya untuk menunjang kelestarian Taman Nasional, penduduk kampung Sukagalih memanfaatkan kawasan hutan dan kampung untuk kegiatan wisata dan berkemah, kegiatan tersebut dikelola secara bersama, dalam wadah kelompok dengan nama KOPEL (Kelompok Pelestari Alam). Kelompok ini telah membuktikan pengelolaan hutan yang lestari, adil dan berkelanjutan, salah satunya dengan melakukan rehabilitasi hutan yang bekerjasama dengan lembaga non-pemerintah dan Balai Taman Nasional Gunung Halimun–Salak.Pengelola wisata kampung Sukagalih menyediakan fasilitas sederhana untuk menginap berupa paket akomodasi seperti homestay. Makanan khas kampung dan kegiatan wisata berupa atraksi alam, penanaman pohon jenis endemik dan atraksi kegiatan masyarakat kampung dalam mengelola lahan pertanian dan menjaga hutan.
- Kampung CitalahabKampung Citalahab merupakan kampung yang berada di ujung timur Kabupaten Bogor. Secara administratif wilayahnya berada di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa barat.
Kampung ini berada diantara perbatasan perkebunan teh Nirmala dan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Sebagian besar penduduk kampung Citalahab bermata pencaharian sebagai karyawan perkebunan teh. Di sela waktunya penduduk Citalahab juga mengelola lahan pertanian berupa sawah dan ladang.Sebagai alternatif ekonomi, masyarakat Citalahab memanfaatkan keindahan dan kelestarian Taman Nasional Gunung Halimun-Salak dengan mengelola kegiatan wisata. Pengelolaan kegiatan dilakukan dengan cara berkelompok, yang disebut dengan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM Warga Saluyu). Hasil dari pengelolaan kegiatan wisata sebanyak 30% dialokasikan untuk kepentingan sosial, pendidikan dan keamanan dan ketertiban, yang selanjutnya dikelola oleh pemerintah desa.Fasilitas kampung merupakan aset kelompok yang kemudian dikelola menjadi sarana akomodasi (homestay) bagi pengunjung. Pengelola menyediakan kegiatan wisata berupa atraksi alam dan atraksi kegiatan sehari-hari masyarakat kampung dalam bekerja sebagai karyawan perkebunan teh, dan pengelolaan lahan pertanian.(http://kampunghalimun.blogspot.com/p/wisata-kampung.html)
- Bogor/Sukabumi - Parungkuda - Kabandungan, 50 km (± 1,5 jam),
- Bogor - Cisangku, 50 km (± 2,5 jam),
- Rangkasbitung - Bayah - Ciparay, 186 km (± 6 jam).
(+) Letak dan Keadaan Fisik TNGH
Letak Kabupaten
Bogor, Kabupaten Sukabumi
(Provinsi Jawa Barat) dan
Kabupaten Lebak (Provinsi Banten)
Temperatur udara Rata-rata 30° C
Curah hujan 4.000 - 6.000 mm/tahun
Ketinggian tempat 500 – 1.929 meter dpl
Letak geografis 6°37’ - 6°51’ LS, 106°21’ - 106°38’ BT
(Provinsi Jawa Barat) dan
Kabupaten Lebak (Provinsi Banten)
Temperatur udara Rata-rata 30° C
Curah hujan 4.000 - 6.000 mm/tahun
Ketinggian tempat 500 – 1.929 meter dpl
Letak geografis 6°37’ - 6°51’ LS, 106°21’ - 106°38’ BT
Semoga kondisi Taman Nasional Gunung Halimun Salak akan tetap
lestari supaya berkah bagi semua mahluk yang hidup di dalamnya dan barokah bagi
masyarakat sekitar kawasan dan masyarakat luas pada umumnya.
" Tips untuk mengunjungi Taman Nasional Gunung Halimun ".
http://www.wildlifeindonesia.com/index.php/component/content/article/35-eksploflona/76-warnawarnihidupanliartnghs
TIPS KE TNGHS
Tidak
ada angkutan umum yang bisa mencapai TNGHS. Jika terpaksa memakai
angkutan umum, kita bisa naik bis jurusan Sukabumi dan turun di
Parungkuda. Dari Parungkuda ada angkutan kota sampai Kabandungan, dan
dari Kabandungan bisa memakai jasa para pengojek motor untuk mengantar
kita ke TNGHS.
Jika
membawa kendaraan pribadi, bisa lewat Parungkuda atau lewat jalur
Bogor-Leuwiliang-Nanggung-TNGHS. Tapi siapkan mobil dengan gardan ganda
atau yang mempunyai ground clrearance tinggi.
Untuk
bisa benar-benar menikmati warna-warni hidupan liar di TNGHS, juga
keramah-tamahannya paling tidak kita harus menginap semalam. Pilihan
menarik adalah menginap di Citalahab Bedeng. Kita bisa menginap di di
rumah-rumah penduduk yang memang sudah disiapkan untuk menerima para
wisatawan. Makan malam dan makan pagi, juga kudapan akan disiapkan oleh
mereka dengan membayar harga yang pantas.
Untuk
berkeliling Taman Nasional, sebaiknya membawa pemandu lokal yang bisa
diambil dari Citalahab Bedeng. Tarifnya adalah Rp 150.000 per hari.
Pemandu ini akan membawa kita menikmati warna-warni hidupan liar di
TNGHS. Dan mereka umumnya mengerti flora-fauna di kawasan ini.
|
Sumber : (http://www.wildlifeindonesia.com/index.php/component/content/article/35-eksploflona/76-warnawarnihidupanliartnghs) |
Keterangan :
*)Hutan primer (primary forest) adalah hutan
yang telah mencapai umur lanjut dan ciri struktural tertentu yang
sesuai dengan kematangannya; serta dengan demikian memiliki sifat-sifat
*)ekologis yang unik. Pada umumnya hutan primer berisi pohon-pohon
besar berumur panjang, berseling dengan batang-batang pohon mati yang
masih tegak, tunggul, serta kayu-kayu rebah. Robohnya kayu-kayu
tersebut biasa membentuk celah atau rumpang tegakan, yang memungkinkan
masuknya cahaya matahari ke lantai hutan, dan merangsang pertumbuhan *)vegetasi lapisan bawah. Hutan primer yang minim gangguan manusia biasa disebut hutan perawan.
Hutan sekunder adalah hutan-hutan yang merupakan hasil regenerasi (pemulihan) setelah
sebelumnya mengalami kerusakan ekologis yang cukup berat; misalnya
akibat pembalakan, kebakaran hutan, atau pun bencana alam.
Hutan sekunder umumnya secara perlahan-lahan dapat pulih kembali
menjadi hutan primer, yang tergantung pada kondisi lingkungannya, akan
memakan waktu beberapa ratus hingga beberapa ribu tahun lamanya.(http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_primer)
Keterangan :*) Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme (kumpulan molekul-molekul yang saling memengaruhi sedemikian sehingga berfungsi secara stabil dan memiliki sifat hidup)Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik
interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan
lingkungannya.
Keterangan :*) Vegetasi Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi.(http://id.wikipedia.org/wiki/Ekologi)
Keterangan : *) Endemik - Endemisme dalam ekologi adalah gejala yang dialami oleh organisme untuk menjadi unik pada satu lokasi geografi tertentu, seperti pulau, lungkang (niche), negara, atau zona ekologi
tertentu. Untuk dapat dikatakan endemik suatu organisme harus ditemukan
hanya di suatu tempat dan tidak ditemukan di tempat lain. Contohnya
adalah jalak bali, hanya ditemukan di Taman Nasional Bali Barat di Pulau Bali. Faktor fisik, iklim, dan biologis dapat menyebabkan endemisme. Sebagai misal, babi rusa menjadi endemik karena isolasi geografi yang dialaminya dan tantangan ruang hidupnya di Pulau Sulawesi menyebabkan ia menjadi berbentuk khas.(http://id.wikipedia.org/wiki/Endemik)
Keterangan : *)BirdLife International (dulu bernama International Council for Bird Preservation) adalah organisasi konservasi international yang bergiat dengan keterlibatan masyarakat untuk melindungi semua jenis burung di dunia dan habitatnya. Organisasi ini adalah federasi konservasi global dengan jaringan internasional lebih dari 100 rekan organisasi, termasuk Burung Indonesia, RSPB, Gibraltar Ornithological & Natural History Society (GONHS), National Audubon Society, Bombay Natural History Society, Birds Australia, Royal Forest and Bird Protection Society of New Zealand, Nature Seychelles, Malaysian Nature Society, dan BirdWatch Ireland.(http://id.wikipedia.org/wiki/BirdLife_International)
Keterangan : *)Enklave atau daerah kantong adalah negara/bagian negara yang dikelilingi oleh wilayah suatu negara lain.(http://id.wikipedia.org/wiki/Enklave)
Keterangan :
*)Kasepuhan Banten Kidul adalah kelompok masyarakat adat sub-etnis Sunda yang tinggal di sekitar Gunung Halimun, terutama di wilayah Kabupaten Sukabumi sebelah barat hingga ke Kabupaten Lebak, dan ke utara hingga ke Kabupaten Bogor. Kasepuhan (bhs sunda. sepuh, tua) menunjuk pada adat istiadat lama yang masih dipertahankan dalam kehidupan sehari-hari.
Masyarakat Kasepuhan Banten Kidul melingkup beberapa desa
tradisional dan setengah tradisional, yang masih mengakui kepemimpinan
adat setempat. Terdapat beberapa Kasepuhan di antaranya adalah
Kasepuhan Ciptagelar, Kasepuhan Cisungsang, Kasepuhan Cisitu, Kasepuhan
Cicarucub, Kasepuhan Citorek, serta Kasepuhan Cibedug. Kasepuhan Ciptagelar sendiri melingkup dua Kasepuhan yang lain, yakni Kasepuhan Ciptamulya dan Kasepuhan Sirnaresmi.
Pemimpin adat di masing-masing Kasepuhan itu digelari Abah, yang
dalam aktivitas pemerintahan adat sehari-hari dibantu oleh para pejabat
adat yang disebut baris kolot (Sd. kolot, orang tua; kokolot,
tetua). Kasepuhan Ciptagelar kini dipimpin oleh Abah Ugi, yang
mewarisinya dari ayahnya, Abah Anom, yang meninggal dunia pada tahun
2007. Wilayah pengaruh kasepuhan ini di antaranya meliputi desa-desa Sirnaresmi dan Sirnarasa di Sukabumi. Sementara Kasepuhan Cisungsang berlokasi di Desa Cisungsang wilayah Lebak dipimpin oleh Abah Usep.
Salah satu ritual adat tahunan Kasepuhan yang selalu menarik minat masyarakat adalah upacara Seren Taun; yang sesungguhnya adalah pernyataan syukur warga Kasepuhan atas keberhasilan panen padi.
Sumber materi :
http://www.dephut.go.id/uploads/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_halimun.htm -
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=474&lang=id
http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Gunung_Halimun_Salak
http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Gunung_Halimun_Salak
sumber image :
http://ekowisata.org/galeri/taman-nasional/tn-gunung-halimun-salak/
http://www.pbase.com/archiaston/image/
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:.jpg
http://disbudpar.bantenprov.go.id/place/lebak-sibedug
0 Response to "Taman Nasional Gunung Halimun ( TNGH )"
Post a Comment