Gambar G. Gede-Pangrango dilihat dari arah Sukaraja Sukabumi |
Flamboyan68 - Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, pendidikan, penunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi (UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya). Sebagai salah satu bagian dari jaringan kawasan konservasi Indonesia, taman nasional mempunyai fungsi paling lengkap, yaitu perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa dan ekosistemnya serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati beserta ekosistemnya.
Kawasan Gunung Gede dan Pangrango sudah dikenal sebagai tempat penelitian botani sejak tahun 1800an hingga saat ini. Kondisi alam dengan udara segar dan suhu sekitar 10ºC - 18ºC menyebabkan kawasan ini memberikan kesejukan bagi daerah sekitar, dan curah hujan yang tinggi rata-rata mencapai 400 mm per bulan dan berperan penting sebagai daerah tangkapan air yang vital dengan hulu 4 Daerah Aliran Sungai (DAS) besar yaitu Cimandiri, Citarum, Cisadane, dan Ciliwung, yang memberikan suplai air permukaan dan air tanah bagi ± 30 juta penduduk Jakarta, Bogor, Tangerang, Sukabumi, Cianjur,dan sekitarnya. Dengan kondisi alam yang telah menyatu dengan masyarakat sekitar hutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), menumbuhkan keunikan budaya masyarakat yang masih terpelihara dan terjaga komunitasnya.(http://andi-martin.blogspot.com/2011/10/sekilas-taman-nasional-gunung-gede.html)
Pada tahun 1980 Gunung Gede Pangrango telah diumumkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai salah satu dari 5 (lima) Taman Nasional di Indonesia.
Image-dephut.go.id |
Kawasan TNGP Secara administratif berada di 3 kabupaten yaitu Bogor, Cianjur dan Sukabumi. Kantor pengelola yaitu Balai Besar TNGGP berada di Cibodas dan dalam pengelolaannya dibagi menjadi 3 (tiga) Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah (Bidang PTN Wil), antara lain : PTN Wil I di Cianjur, PTN Wil II di Selabintana-Sukabumi
Pendakian dan penelitian Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango di awali oleh antara lain :
- C.G.C. Reinwardt melakukan pendakiannya pada tahun 1819
- F.W. Junghuhn ( 1839 - 1861 )
- J.E. Teysmann (1839)
- A.R. Wallace (1861)
- S.H. Koorders (1890)
- M. Treub (1891)
- W.M. van Leeuen (1911)
- C.G.G.J. van Steenis (1920-1952)
C.G.G.J. van Steenis telah berhasil mengumpulkan koleksi tumbuhan sebagai bahan dasar penyusunan buku ”THE MOUNTAIN FLORA OF JAVA” yang diterbitkan pada tahun 1972.(http://www.dephut.go.id/uploads/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_gedepangrango.htm)
Keanekaragaman ekosistem yang dimiliki oleh Taman Nasional Gunung Gede Pangrango begitu kayanya dan ini bisa dilihat dari ekosistem montana, sub montana, sub alpin, danau, rawa, dan savana.
(+) Ekosistem Sub Montana ( 800 - 1.400 meter ) ditandai dengan lapisan tajuk yang didominasi oleh Rasamala (altingia excelsa) yang tinggi pohonnya dapat mencapai 60 meter dan Castanopsis aegntea, Antidesma tetrandum dan litsea Sp. Dan semak-semak (Ardisia fulginosa dan Dichera febrifuga). Selain itu banyak jenis tumbuhan bawah, epifit dan lumut, di antaranya dapat di jumpai begonia, paku-pakuan,anggrek dan lumut merah (Sphagnum gedeanum). Salah satu yang mudah dikenali adalah jenis dari paku-pakuan (Asplenium nidus) yang berdiameter dapat mencapai 2 meter.
(+) Ekosistem Montana ( 1.400 - 2.400 meter ) dapat kita lihat dari tumbuhnya pohon-pohon yang besar seperti pohon Jamuju (Dacrycarpus imbricatus), Puspa (Schima walliichii) dan Kijebung (polyosma illifocia).
(+) Ekosistem Sub Alpin ( diatas 2.400 meter ) dapat dilihat dengan ciri adanya dataran yang ditumbuhi Rumput (Isachne pangerangensis), Bunga Eidelweis (Anaphalis javanica) yang dikatakan oleh para pendaki adalah bunga abadi karena bunganya seperti tidak pernah layu, Violet (Viola pilosa), dan Cantigi (Vaccinium varingiaefolium) yang merupakan vegetasi tunggal di daerah kawah.
Berdasarkan
hasil survey yang dilaksanakan pada tahun 199, dilaporkan bahwa
keanekaragaman jenis tumbuhan di kawasan Taman Nasional ini, jumlahnya
makin menurun dengan semakin tingginya tempat dari permukaan laut. Pada
zona Sub Montana terdapat 249 jenis flora, zona Montana terdapat 185
jenis dan di zona Sub Alpin hanya terdapat 36 jenis.
Satwa primata yang terancam punah dan terdapat di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango yaitu owa (Hylobates moloch), surili (Presbytis comata comata), dan lutung budeng (Trachypithecus auratus auratus); dan satwa langka lainnya seperti macan tutulPanthera pardus melas), landak Jawa (Hystrix brachyura brachyura), kijang (Muntiacus muntjak muntjak), dan musang tenggorokan kuning (Martes flavigula).
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango terkenal kaya akan berbagai jenis burung yaitu sebanyak 251 jenis dari 450 jenis yang terdapat di Pulau Jawa. Beberapa jenis diantaranya burung langka yaitu elang Jawa (Spizaetus bartelsi) dan burung hantu (Otus angelinae). Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango ditetapkan oleh UNESCO sebagai Cagar Biosfir pada tahun 1977, dan sebagai Sister Park dengan Taman Negara di Malaysia pada tahun 1995.(http://www.dephut.go.id/uploads/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_gedepangrango.htm)
( + ) Legenda
Yang merupakan kepercayaan masyarakat setempat yaitu tentang keberadaan Eyang Suryakencana dan Prabu Siliwangi di Gunung Gede. Menurut cerita rakyat kuno Suryakancana adalah Putra dari Dalem Cikundul atau Rd. Aria Wira Tanu I, pendiri Cianjur dan bupati Pertama Cianjur, hasil dari pernikahannya dengan Putri Jin Pangeran Suryakencana memiliki dua putra yaitu Prabu Siliwangi dan Prabu Sakti (tidak ada sumber).
Masyarakat percaya bahwa Eyang Suryakencana yang notabene nya adalah bangsa jin, masih bermukin di sekitar gunung Gede, dan menjadi penguasa bangsa jin di gunung tersebut.Masyarakat percaya bahwa roh Eyang Suryakencana dan Prabu Siliwangi akan tetap menjaga Gunung Gede agar tidak meletus.
Pada saat tertentu, banyak orang yang masuk ke goa-goa sekitar Gunung Gede untuk semedhi/ bertapa maupun melakukan upacara religius.
Alun-Alun Suryakencana G.Gede |
Alun-Alun Suryakencana G.Gede |
Konon, kejadian ini pertanda Pangeran Surya Kencana datang ke alun-alun dengan dikawal oleh para prajurit. Selain itu para pendaki kadang kala akan melihat suatu bangunan istana. Alun-alun Surya Kencana berupa sebuah lapangan datar dan luas pada ketinggian 2.750m dpl, di sebelah timur puncak Gede, merupakan padang rumput dan padang edelweiss.
Lembah-Alun-Alun Mandalawangi G.Pangrango |
Lembah-Alun-Alun Mandalawangi G.Pangrango |
mata air di alun-alun Suryakencana G.Gede |
mata air di alun-alun Suryakencana G.Gede |
Sumber air yang berada di tengah alun-alun, dahulu merupakan jamban untuk keperluan minum dan mandi. Di dalam hutan yang mengitari Alun-alun Surya Kencana ini ada sebuah situs kuburan kuno tempat bersemayam Prabu Siliwangi. Pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi yang menguasai Jawa Barat, terjadi peperangan melawan Majapahit. Selain itu Prabu Siliwangi juga harus berperang melawan Kerajaan Kesultanan Banten. Setelah menderita kekalahan yang sangat hebat Prabu Siliwangi melarikan diri bersama para pengikutnya ke Gunung Gede.
Sekitar gunung Gede banyak terdapat petilasan peninggalan bersejarah yang dianggap sakral oleh sebagian peziarah, seperti petilasan Pangeran Suryakencana, putri jin dan Prabu Siliwangi. Kawag Gunung Gede yang terdiri dari, Kawah Ratu, Kawah Lanang, dan Kawah Wadon, dijaga oleh Embah Kalijaga.
Embah Serah adalah penjaga Lawang Seketeng (pintu jaga) yang terdiri atas dua buah batu besar. Pintu jaga tersebut berada di Batu Kukus, sebelum lokasi air terjun panas yang menuju kearah puncak. Eyang Jayakusumah adalah penjaga Gunung Sela yang berada disebelah utara puncak Gunung Gede. Sedangkan Eyang Jayarahmatan dan Embah Kadok menjaga dua buah batu dihalaman parkir kendaraan wisatawan kawasan cibodas.
Batu tersebut pernah dihancurkan, namun bor mesin tidak mampu menghancurkannya. Dalam kawasan Kebun Raya Cibodas, terdapat petilasan/ makam Eyang Haji Mintarasa. Pangeran Suryakencana menyimpan hartanya dalam sebuah gua lawa/walet yang berada di sekitar air terjun Cibeureum.
Gua tersebut dijaga oleh Embah Dalem Cikundul. Tepat berada di tengah-tengah air terjun Cibeureum ini terdapat sebuah batu besar yang konon adalah perwujudan seorang pertapa sakti yang karena bertapa sangat lama dan tekun sehingga berubah menjadi batu. Pada hari kiamat nanti barulah ia akan kembali berubah menjadi manusia.(http://badasunity.blogspot.com/2011/08/mistis-gunung-gede-pangrango-dan-kisah.html)
( + ) Sejarah Kawasan
Status Taman Nasional Gunung Gede Pangrango diawali ketika pemerintah Hindia-Belanda mengeluarkan SK Gubernur Jendral Hindia-Belanda No. 50 Tanggal 17 Mei 1889 dengan ditetapkannya Kebun Raya Cibodas dan areal hutan seluas 240 hektar sebagai contoh flora pegunungan di pulau Jawa dan sekaligus sebagai hutan lindung
Melalui SK Gubernur Jendral Hindia-Belanda No. 7 Tanggal 05 Januari 1925 ditetapkan daerah puncak Gunung Gede, Gunung Gemuruh, Gunung Pangrango, daerah Sungai Cibodas dan Ciwalenyang seluruhnya meliputi areal seluas 1040 hektar sebagai cagar alam dengan nama Cagar Alam Cibodas-Gunung Gede.
Pada tanggal 06 Maret 1980, kawasan Gunung Gede Pangrango ditetapkan
oleh Menteri Kehutanan untuk dikelola sebagai kawasan Taman Nasional
dan luas kawasan seluruhnya adalah 15.196 hektar, yang mencakup Cagar
Alam Gunung Gede Pangrango 14.000 hektar, Cagar Alam Cibodas Gunung
Gede 1040 hektar, Taman Wisata Situ Gunung 100 hektar dan Cagar Alam
Cimungkat 56 hektar.
Sejak Tahun 1984, sejalan dengan perbanyakan Depertemen Kehutanan, kawasan inti dikelola oleh unit pelaksana teknis TNGP sebagai kawasan pelestarian alam dengan konsep Pengelolaan Taman Nasional sesuai dengan SK Menteri Kehutanan No. 096/KPTS-II/UM/84. Status kawasan mendapatkan dasar hukum yang sah pada tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan ekosistemnya.
Taman Nasional ini bila ditingkatkan dalam pengelolaannya diharapkan
dapat memberikan kontribusi yang positif bagi pihak pengelola maupun
masyarakat sekitarnya, antara lain dengan terbukanya lapangan kerja dan
kesempatan berusaha bagi masyarakat sekitar hutan serta manfaat yang
lainnya.
( + ) Lokasi/obyek Gunung Gede - Pangrango yang menarik untuk dikunjungi :
- Telaga Biru adalah danau kecil berukuran lima hektar (1.575 meter dpl.) terletak 1,5 km dari pintu masuk Cibodas. Danau ini selalu tampak biru diterpa sinar matahari karena ditutupi oleh ganggang biru.
Telaga Biru |
- Air Terjun Cibeureum merupakan air terjun yang mempunyai ketinggian sekitar 50 meter terletak sekitar 2,8 km dari Cibodas. Di sekitar air terjun tersebut dapat melihat sejenis lumut merah yang endemik di Jawa Barat. Air Terjun Cibereum (1.675 m.dpl) tingginya antara 40 - 50 meter, terdiri dari air terjun utama (Curug Cidendeng), juga ada dua air terjun yang lebih kecil (Curug Cikundul dan Curug Ciwalen). Air terjun ini juga salah satu tempat wisata yang paling sering dikunjungi di Kawasan TNGP. Bila kita ingin memasuki kawasan air terjun Cibeureum harus membeli tiket masuk.
air terjun cibeureum |
- Air Panas terletak sekitar 5,3 km atau 2 jam perjalanan dari Cibodas.
Jalur Air Panas |
- Kandang Batu atau di sebut Lebak Saat (2.220 m.dpl) di tempat banyak di jumpai batu-batuan yang dihasilkan dari letusan Gunung Gede selain itu terdapatnya sumber mata air dan dataran yang dipakai buat mendirikan tenda dalam perjalanan pendakian gunung.
- Kandang Badak (2.395 m.dpl) merupakan dataran yang terletak pada punggungan / persimpangan ( cagak ) jalan yang menghubungkan Gunung Gede dan Gunung Pangrango. Arah kiri menuju Gunung Gede (2 km 2 jam perjalanan) arah kanan menuju Gunung Pangrango (3 km 3 jam perjalanan). Di lokasi ini terdapat sumber mata air oleh para pendaki di pakai untuk berkemah dan ada juga ada shelter yang memadai. Di sini pengunjung bisa melakukan pengamatan tumbuhan/satwa.
shelter kandang batu |
shelter kandang badak |
- Puncak dan Kawah Gunung Gede Mendekati puncak Gunung Gede pepohonan semakin berkurang hanya terdapat lahan gersang yang jarang ada tumbuhan, hal ini diakibatkan
kegiatan kawah berapi Gunung Gede yang seringkali mengeluarkan gas
berbau belerang. Di puncak Gunung Gede dapat menyaksikan
pemandangan yang sangat indah karena dapat melihat kawah-kawah
disekitar puncak Kawah Lanang - Kawah Ratu dan Kawah Wadon dengan bunga Edelweis Jawa, dan kadang juga burung Rajawali Jawa (Spizaetus bartelesi) yang terbang melintasi kawah, Gunung Pangrango dan Gunung Gumuruh serta pemandangan
kota-kota hamparan kota Cianjur-Sukabumi-Bogor, gunung-gunung di Jawa Barat, dan Selat Sunda dikaki-kaki
langit. panorama berupa pemandangan matahari terbenam/terbit terlihat dengan jelas, atraksi geologi yang menarik dan pengamatan tumbuhan khas sekitar kawah. Gunung Gede berada pada ketinggian 2.958 m. dpl.
Puncak Gg. Gede dilihat dari Gg. Pangrango |
G. Pangrango view dr G. Gede |
Kawah Gg. Gede |
- Alun-alun Suryakencana merupakan dataran seluas 50 hektar yang ditutupi hamparan bunga edelweiss dan lokasi ini merupakan tujuan favorit para pendaki selain sebagai lintas jalur. Dataran ini berada pada ketinggian 2.750 m. dpl dengan jarak 11,8 km atau 6 jam perjalanan dari Cibodas.
Alun-alun Suryakencana Gg. Gede |
- Cibodas, Gunung Putri dan Selabintana merupakan akses utama menuju puncak gunung gede dan pangrango. Informasi lebih detail klik disini.
Pintu Masuk Via Gunung Putri |
Pintu Masuk Via Selabintana |
( + ) Lokasi dan Kondisi Taman Nasional Gunung Gede - Pangrango ( TNGGP )
( + ) Data - Tipe Gunung Gede
Data dan tipe gunung gede menurut Smithsonian Institute " Global Volcano Program " :
Letak Kab. Bogor, Kab. Cianjur, Kab. Sukabumi, Provinsi Jawa Barat
Tipe Gunung : Stratovolcano
Status Gunung : Historical
Letusan Terakhir : 1957
Temperatur udara : 5° - 28° C
Curah hujan rata-rata : 3.600mm/tahun
Ketinggian Tempat : 1.000 - 3.000 m.dpl
Ketinggian puncak : G. Gede 2.958 m. dpl
Ketinggian Puncak : G. Pangrango 3.019 m.dpl
Latitude : 6.78° S 6°47"o"S
Longitude : 106.98°E 106°59"o"E
Letak geografis 6°41’ - 6°51’ LS, 106°50’ - 107°02’ BT
Pengelola Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merekomendasikan untuk melakukan kunjungan sebaiknya dilakukan di bulan Juni sampai dengan bulan September karena pada bulan itu adalah musim kemarau.
Untuk mencapai lokasi TNGGP dari arah Jakarta-Bogor-Cibodas dengan waktu sekitar 2,5 jam (± 100 km) menggunakan mobil, atau Bandung-Cipanas-Cibodas dengan waktu 2 jam (± 89 km), dan Bogor-Selabintana dengan waktu 2 jam (52 km).
Untuk pengurusan izin pendakian gunung Gede Pangrango harus dilakukan booking terlebih dahulu sebelum dilakukannya pendakian (1 minggu atau 1 bulan) bisa dilakukan ditempat registrasi atau lewat booking online. Pengelola Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) menerapkan sistem quota untuk per harinya pada setiap kelompok/grup yang minimal jumlah 3 orang dan maksimal 20 orang, untuk tarif tiket Rp. 2.500 / orang dan kewajiban untuk membeli asuransi sebesar Rp. 2.000 / orang.Para pendaki diwajibkan untuk meninggalkan photo copy tanda pengenal dan menunjukan tanda pengenal yang asli.
( + ) Letak dan Luas
Secara geografis kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
terletak diantara 106º51’-107º02’ BT dan 64º10’-65º1’ LS. Menurut
administrasi pemerintahan, kawasan ini termasuk ke dalam 3 wilayah
Kabupaten Daerah Tingkat II, yaitu Bogor, Cianjur dan Sukabumi. Luas
wilayah taman nasianal ini berdasarkan penetapannya (Pengumuman Menteri
Pertanian tanggal 6 Maret 1980) adalah 15.196 Ha yang menurut
wilayahnya termasuk ke dalam Kabupaten Dati II Bogor 4.514; 73 Ha,
Cianjur 3.899; 29 Ha, dan Sukabumi 6.781; 98 Ha.
Pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dibagi menjadi 3 Rayon dan 10 Resort, yaitu Rayon Bodogol yang terdiri dari Resort Bodogol Resort Cimande dan Resort Cisarua; Rayon Cibodas yang terdiri dari Resort Cibodas, Resort Gunung Putri dan Resort Gedeh; serta Rayon Salabintana yang terdiri dari Resort Goalpara, Resort Salabintana, Resort Cimungkat dan Resort Nagrak.
( + ) Topografi
Keadaan topografi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango bervariasi dari landai sampai bergunung. Secara umum, topografi kawasan ini merupakan bukit dan gunung dengan sedikit daerah landai karena berada pada ketinggian 1000 – 3019 mdpl. Baik di Gunung Gede maupun Pangrango banyak terdapat jurang yang dalam dengan kedalaman 70 m.
( + ) Iklim
Curah hujan didalam kawasan TNGP berkisar antrara 3000 – 4200 mm/tahun. Musim hujan terjadi pada bulan Oktober – Mei dengan curah hujan bulanan rata-rata 2000 mm, sedang pada bulan Desember-Maret curah hujan mencapai 400 mm. Musim kemarau terjadi pada bulan Juni-September dengan curah hujan 100 mm. Berdasarkan klasifikasi iklim dari Schmidt dan Ferguson tipe iklim kawasan ini termasuk kedalam tipe A dengan nilai Q berkisar antara 5% – 9%.
Temperatur di Cibodas berkisar antara 18ºC pada siang hari dan di Puncak Gunung Gede dan Pangrango 10ºC. Sedang pada malam hari temperatur di Puncak berkisar 5ºC. Namun pada musim kering/kemarau, suhu di Puncak Gunung Gede maupun Pangrango dapat mencapai 0ºC. Kelembaban udara relatif sepanjang tahun termasuk sangat tinggi, yaitu berkisar antara 80% – 90%.
( + ) Hidrologi
Sungai – sungai yang terdapat di dalam kawasan Taman Nasional gunung Gede Pangrango, secara umum membentuk pola radial. Berdasarkan data yang tersedia, terdapat 50 sungai dan anak sungai yang berhulu di kawasan ini. Hal ini menyebabkan kawasan ini mempunyai peranan penting sebagai penyangga kehidupan , yaitu dalam penyediaan air permukaan maupun air bawah tanah. Pada umumnya sungai–sungai tersebut mengalir sepanjang tahun dengan debit yang relatif tetap atau tidak berfluktuasi tinggi.
Di daerah kawah Gunung Gede terdapat 2 lubang yang merupakan penampungan air pada saat hujan lebat. Air yang terkumpul membentuk aliran kecil di bawah permukaan melalui lapisan pasir yang berporositas tinggi dan selanjutnya mengalir ke dasar kawah dan kemudian muncul sebagai aliran air panas dengan suhu ± 75° C di lereng Utara Gunung Gede pada ketinggian 2150 mdpl.
Beberapa sungai penting yang berhulu di dalam kawasan Taman Nasional antara lain : Sungai Cimandiri yang mengalir ke arah selatan dan bermuara di Pelabuhan Ratu; Sungai Cisarua dan Cinagara mengalir ke arah barat daya yang merupakan sumber utama Sungai Ciliwung dan kali Angke dan bermuara di laut Jawa; Sungai Cikundul dan Cianjur Leutik yang mengalir ke arah timur dan bermuara di Sungai Citarum.
( + ) Geologi dan Tanah
Gunung Gede dan Pangrango merupakan bagian dari jalur gunung berapi yang membujur dari Sumatera, Jawa sampai Nusa Tenggara. Rangkaian gunung ini terbentuk akibat dari pergeseran lapisan kulit bumi secara terus menerus selama periode aktivitas geologi yang tidak stabil, yaitu pada periode Quartener. Secara umum, lapisan batuan yang terdapat didaerah ini merupakan batuan vulkanik seperti Andesit, Tuff, Basalt, Lava Breksi, Breksi mekanik dan Piroklasik.
Lapisan dasar dari batuan ini terdiri dari non vulkanik yang lebih tua. Gunung Gede adalah salah satu dari 35 gunung api yang masih aktif pada jalur ini, sedangkan Gunung Pangrango telah dinyatakan mati karena tidak terdapat tanda-tanda keaktifannya. Jenis tanah di kawasan TNGP terdiri dari jenis tanah Regosol, asosiasi Andosol dan Regosol dan jenis tanah Latosol Coklat.
( + ) Flora dan Fauna
Tumbuhan di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango pada
dasarnya dapat dikelompokkan menurut ekosistemnya, baik berdasarkan
ketinggian tempat maupun jenisnya. Menurut hasil penelitian tumbuhan
yang pernah dilakukan, di dalam kawasan ini tercatat lebih dari 900
jenis tumbuhan berbunga, 400 jenis tumbuhan paku serta berbagai jenis
tumbuhan lumut, ganggang dan jamur. Bahkan Meijer pada tahun
1959 melakukan penelitian dan perhitungan jumlah jenis dalam 1 ha hutan
Sub Montana menemukan 331 jenis tumbuhan, diantaranya adalah 78 jenis
pohon dan 100 jenis epifit.
Pada ketinggian 1000 – 1500 m dpl, terdapat ekosistem Sub Montana. Ekosistem ini merupakan hutan dengan keragaman jenis yang tinggi dengan tiga strata tajuk yang jelas ditandai dengan pohon – pohon besar dan tinggi. Jenis – jenis dominan menurut strata adalah :
a.Yang mencapai ketinggian lebih dari 60 m : Altingia excelsa dan Castanops argentea.
b.Yang mencapai ketinggian antara 10 – 20 m : Antidesma tetandrum dan Litsea sp.
c. Berupa belukar ( 3 – 5 m ) : Ardisia fuliginosa dan Dichora febrifuga.
Pada ketinggian 1500-2400 mdpl dijumpai ekosistem
montana. Ekosistem ini merupakan hutan dengan keragaman jenis yang
mulai menurun dan ditandai dengan sedikitnya jenis tumbuhan bawah.
Jenis pohon yang dijumpai diantaranya Puspa (Schima walichii) yang daun mudanya berwarna merah dan Darycarpus imbricatus, jenis berdaun jarum.
Pada ketinggian di atas 2400 – 3019 m dpl dijumpai ekosistem Sub Alpin. Ekosistem ini merupakan hutan dengan keragaman jenisnya rendah ditandai dengan pohon-pohon kerdil. Jenis pohon dominan adalah Vaccinium varingaefolium dengan batang ditumbuhi lumut janggut. Kekhasan hutan ini adalah terdapatnya dataran yang ditumbuhi rumput Isachne pangrangensis dan Edelweiss ( Anaphalis javanica) yang juga dikenal sebagai bunga abadi.
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan berbagai ekosistem yang terdapat di dalamnya merupakan habitat dari berbagai jenis satwa langka dan dilindungi. Berdasarkan informasi Junghuhn ( 1839 ), di kawasan Taman Nasional pernah dijumpai badak jawa (Rhinocerus sundaicus). Namun, tidak ditemukan catatan resmi mengenai keberadaan jenis satwa ini.
Jenis-jenis satwa langka yang masih dapat dijumpai pada saat ini, antara lain: primata, yaitu Owa Jawa (Hylobates moluch), Surili (Presbytis comata), Lutung (Trachypithecus auratus), serta pemangsa seperti macan tutul (Phantera pardus), kucing hutan (Prionailurus bengalensis), kucing akar (Mustela flavigula) dan anjing hutan (Cuon alpinus javanicus). Disamping itu terdapat pula jenis satwa lainnya seperti sigung (Mydaus javanensis), kijang (Muntiacus muntjak) dan kancil (Tragulus javanicus).
Kawasan ini juga terkenal karena keragaman jenis burungnya, yang dijumpai 251 jenis dari 460 jenis yang tercatat hidup di pulau Jawa atau lebih dari 50%. Menurut Bird Life International (1994) dalam departemen kehutanan, Ditjen PHPA, TNGP (1994), di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango hidup 19 dari 20 jenis burung endemik pulau jawa, diantaranya adalah elang jawa (Spizaetus bartelsi). Jenis-jenis burung langka dan menarik yang dapat dijumpai di kawasan ini antara lain burung Hantu (Ottus angelinae), burung Luntur gunung (Harpactes reinwardti), burung cerecet (Psaltria exilis) dan burung madu gunung (Aethpyga eximia). Kekayaan jenis burung ini mempesona terutama bagi para peneliti dan pengamat burung dari berbagai penjuru dunia.
( + ) Jalur Pendakian
Ada tiga jalur pendakian dengan batas maksimum jumlah kuota pengunjungnya, yaitu: Jalur Cibodas (300), Jalur Gunung Putri (100), dan Jalur Selabintana (100). Selabintana merupakan jalur terpanjang dengan waktu tempuh pendakian sekitar 7,5-9 jam. Waktu yang dibutuhkan untuk pendakian dari semua jalur umumnya 2 hari. http://gispala.wordpress.com/2011/06/11/gunung-gede-gunung-favorit-para-pendaki-dan-peneliti/
Untuk rute pendakian yang ingin mencapai kedua puncak gunung ini sekaligus, disarankan untuk memakai jalur gunung putri.
Untuk rute pendakian yang ingin mencapai kedua puncak gunung ini sekaligus, disarankan untuk memakai jalur gunung putri.
Pendakian via selabintana |
Pendakian via selabintana |
sumber materi http://www.dephut.go.id/uploads/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_gedepangrango.htm
sumber materi http://dishut.jabarprov.go.id/
image-photo dari berbagai sumber
klik disini untuk informasi pengunjung
klik disini untuk Booking Online
klik disini untuk Aksessibilitas
sumber materi http://dishut.jabarprov.go.id/
image-photo dari berbagai sumber
klik disini untuk informasi pengunjung
klik disini untuk Booking Online
klik disini untuk Aksessibilitas