Artikel Terbaru

Taman Nasional Gunung Halimun ( TNGH )

 photo GHalimun_zps3f76f837.jpg
Taman Nasional Gunung Halimun
Flamboyan68 - Gunung Halimun merupakan salah satu kawasan perlindungan dan pelestarian hutan hujan tropis terluas di Jawa Barat. Pada tahun 1992 kawasan ini ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai taman nasional. Nama Halimun diambil dari keadaan cuaca di kawasan ini, karena di pagi dan di sore hari ketenangan hutan dan pegunungan sering sekali diselimuti kabut tipis atau ‘halimun’ (dalam bhs. sunda).(http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=474&lang=id)

Taman Nasional ini ditetapkan sebagai salah satu Taman Nasional di Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 282/Kpts-II/1992 tanggal 28 Pebruari 1992 dengan luas 40.000 hektar dan resmi ditetapkan pada tanggal 23 Maret 1997 sebagai salah satu unit pelaksana teknis Departemen Kehutanan.
 photo peta_halimun_zps911370fd.jpg
Peta TNGH
Selanjutnya atas dasar kondisi sumber daya alam hutan yang semakin terancam rusak dan adanya desakan para pihak yang peduli konservasi alam, kawasan TNGH ditambah dengan kawasan hutan Gunung Salak, Gunung Endut dan kawasan di sekitarnya yang status sebelumnya merupakan hutan produksi terbatas dan hutan konservasi yang dikelola Perum Perutani diubah fungsinya menjadi hutan Konservasi. 

Akhirnya berdasarkan surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 175/Kpts-II/2003 TNGH yang luasan awalnya 40.000 hektare menjadi 113.357 hektare dan menjadi Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.

( + ) Sejarah pengelolaan Kawasan;
  • Tahun 1924-1934; status sebagai hutan lindung dibawah pemerintah Belanda dengan Luas mencakup 39, 941 Hektar
  • Tahun 1935-1961; status sebagai Cagar Alam di bawah pengelolaan Pemerintah Belanda dan Republik Indonesia Djawatan Kehutanan Jawa Barat
  • Tahun 1961-1978; status Cagar Alam di bawah pengelolaan Perhutani Jawa Barat
  • Tahun 1979-1990; status Cagar Alam di bawah pengelolaan Balai  Konservasi Sumber Daya Alam III, sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat.
  • Tahun 1990-1992; status sebagai Cagar Alam dikelola oleh Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
  • Tahun 1992-1997; Status Taman Nasional dibawah pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
  • Tahun 1997-2003; status Taman Nasional di bawah pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun setingkat Eselon III
  • Tahun 2003; Status penunjukan kawasan menjadi Taman Nasional Gunung Halimun Salak seluas 113.357 hektar.
Peta Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH)
Secara administratif, kawasan konservasi TN Gunung Halimun – Salak termasuk ke dalam wilayah tiga kabupaten, yakni Kabupaten Bogor dan Sukabumi di Jawa Barat, dan Lebak di Propinsi Banten. Topografi wilayah ini berbukit-bukit dan bergunung-gunung, pada kisaran ketinggian antara 500–2.211 m dpl. 
Puncak-puncaknya di antaranya adalah;
  • G. Halimun Utara (1.929 m.dpl), 
  • G. Ciawitali (1.530 m.dpl), 
  • G. Kencana (1.831 m.dpl),  
  • G. Botol (1.850 m.dpl),
  • G. Sanggabuana (1.920 m.dpl), 
  • G. Kendeng Selatan (1.680 m.dpl),  
  • G. Halimun Selatan (1.758 m.dpl), 
  • G. Endut (timur) (1.471 m.dpl),
  • G. Sumbul (1.926 m.dpl),
  • G. Salak 1 (2.211 m.dpl)
  • G. Salak 2 (ketinggian 2.180 m.dpl)
Jajaran puncak gunung-gunung ini acapkali diselimuti kabut (halimun), maka dinamai demikian.
Wilayah ini merupakan daerah tangkapan air yang penting di sebelah barat Jawa Barat. Tercatat lebih dari 115 sungai dan anak sungai yang berhulu di kawasan Taman Nasional. Tiga sungai besar mengalir ke utara, ke Laut Jawa, yakni Ci Kaniki dan Ci Durian (yang bergabung dalam DAS Ci Sadane), serta Ci Berang, bagian dari DAS Ci Ujung. Sementara terdapat 9 daerah aliran sungai penting yang mengalir ke Samudera Hindia di selatan, termasuk di antaranya Cimandiri (Citarik, Cicatih), Citepus, Cimaja, dan Cisolok. Sungai-sungai ini mengalir melintasi wilayah Bogor, Tangerang, Rangkasbitung, Bayah dan Palabuhanratu.
Kawasan TN Gunung Halimun – Salak memang merupakan daerah yang basah. Curah hujan tahunannya berkisar antara 4.000–6.000 mm, dengan bulan kering kurang dari 3 bulan di antara Mei hingga September. Iklim ini digolongkan ke dalam tipe A hingga B menurut klasifikasi curah hujan Schmidt dan Ferguson. Suhu bulanannya berkisar antara 19,7–31,8°C, dan kelembaban udara rata-rata 88%.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Gunung_Halimun_Salak)
Sisi Lain Hutan TNGH 

Kekayaan hayati kawasan taman nasional ini telah lama menarik perhatian para peneliti, dalam dan luar negeri. Banyak catatan telah dibuat, terutama setelah status kawasan ditingkatkan menjadi taman nasional, dan banyak pula yang telah diterbitkan, khususnya semasa masih bernama TN Gunung Halimun. Informasi berikut ini masih merujuk pada hasil-hasil penelitian di TN Gunung Halimun tersebut, terkecuali apabila disebutkan lain.
(+) Vegetasi dan flora
Hutan Tutupan di Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) ini dapat digolongkan atas 3 zona vegetasi :   
  • Zona perbukitan (colline) hutan dataran rendah, yang didapati hingga ketinggian 900–1.150 m dpl.
  • Zona hutan pegunungan bawah (submontane forest), antara 1.050–1.400 m dpl; dan
  • Zona hutan pegunungan atas (montane forest), di atas elevasi 1.500 m dpl.
Keanekaragamannya cenderung berkurang dengan bertambahnya ketinggian. Dua petak coba permanen, masing-masing seluas 1 ha, di zona submontana ditumbuhi 116 dan 105 spesies pohon. Sementara satu plot lagi dengan luas yang sama di zona montana didapati hanya berisi 46 spesies pohon.
Catatan sementara mendapatkan lebih dari 500 spesies tumbuhan, yang tergolong ke dalam 266 genera dan 93 suku, hidup di kawasan konservasi ini. Hasil ini diduga masih jauh di bawah angka yang sesungguhnya, mengingat bahwa TN Gede Pangrango yang berdekatan dan mirip kondisinya, namun luasnya kurang dari sepertujuh TNGHS, tercatat memiliki 844 spesies tumbuhan berbunga. Apalagi penelitian di atas belum mencakup wilayah-wilayah yang ditambahkan semenjak 2003.
Penelitian pada zona perbukitan di wilayah Citorek mendapatkan 91 spesies pohon, dari 70 marga dan 36 suku. Suku yang dominan adalah Fagaceae ( suku anggota tumbuhan berbunga-suku pasang-pasangan), yang diwakili oleh 10 spesies dan 144 (dari total 519) individu pohon; diikuti oleh Lauraceae, yang diwakili oleh 9 spesies dan 26 individu pohon. Jenis-jenis yang memiliki nilai penting tertinggi, berturut-turut adalah ki riung anak atau ringkasnya ki anak (Castanopsis acuminatissima), pasang parengpeng (Quercus oidocarpa), puspa (Schima wallichii), saketi (Eurya acuminata), dan rasamala (Altingia excelsa). Jenis-jenis tersebut selanjutnya membentuk tiga tipe komunitas hutan yang terbedakan di lapangan, yakni tipe Castanopsis acuminatissima – Quercus oidocarpa; Schima wallichii – Castanopsis acuminatissima, dan Schima wallichii – Eurya acuminata.
Kantong Semar (Nepenthes gymnamphora)
Anggrek Gastrochilus sororius
Jamur Phosphor (glowing mushrooms) yang berpendar di malam hari 

Dua plot permanen yang dibuat pada hutan submontana di ketinggian 1.100 m dpl., yakni dekat Stasiun Riset Cikaniki dan di gigir utara G. Kendeng, berturut-turut didominasi oleh rasamala (A. excelsa) dan ki anak (C. acuminatissima). Sedangkan plot permanen pada hutan montana di bawah puncak G. Botol pada elevasi 1.700 m dpl, didominasi oleh pasang Quercus lineata. Hutan montana di atas 1.500 m dpl. umumnya dikuasai oleh jenis-jenis Podocarpaceae, seperti Jamuju- kayu embun/cemba-cemba) (Dacrycarpus imbricatus), Ki Bima (Podocarpus blumei) dan Ki Putri  (P. neriifolius). Di taman nasional ini juga didapati sekurang-kurangnya 156 spesies anggrek; diyakini jumlah ini masih jauh di bawah angka sebenarnya apabila dibandingkan dengan kekayaan anggrek Jawa Barat yang tidak kurang dari 642 spesies. (http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Gunung_Halimun_Salak)
(+) Fauna
Hutan-hutan primer dan pelbagai kondisi habitat lainnya menyediakan tempat hidup bagi aneka jenis margasatwa di TN Gunung Halimun – Salak. Tidak kurang dari 244 spesies burung, 27 spesies di antaranya adalah jenis *)endemik Pulau Jawa yang memiliki daerah sebaran terbatas. Dari antaranya terdapat 23 spesies burung migran. Wilayah ini juga telah ditetapkan oleh *)BirdLife, organisasi internasional pelestari burung, sebagai daerah burung penting (IBA, important bird areas) dengan nomor ID075 (Gunung Salak) dan ID076 (Gunung Halimun). 
Macan Tutul (Panthera pardus melas) G. Halimun

Wilayah-wilayah ini terutama penting untuk menyelamatkan jenis-jenis elang jawa (Spizaetus bartelsi), luntur jawa (Apalharpactes reinwardtii), ciung-mungkal jawa (Cochoa azurea), celepuk jawa (Otus angelinae), dan gelatik jawa (Padda oryzivora).
Javan_Hawk_Eagle_(Spizaetus_bartelsi)
Elang Jawa (Spizaetus bartelsi)

Catatan sementara herpetofauna di taman nasional ini mendapatkan sejumlah 16 spesies kodok, 12 spesies kadal dan 9 spesies ular. Daftar ini kemudian masing-masing bertambah dengan 10, 8, dan 10 spesies, berturut-turut untuk jenis-jenis kodok, kadal, dan ular. Namun demikian, daftar ini belum lagi mencakup jenis-jenis biawak dan kura-kura yang hidup di sini.
Lutung(Trachypithecus auratus)
Owa Jawa (Hylobates moloch)

Mamalia terdaftar sebanyak 61 spesies. Di antaranya termasuk jenis-jenis langka seperti macan tutul jawa (Panthera pardus melas), owa jawa (Hylobates moloch), surili (Presbytis aygula), lutung budeng (Trachypithecus auratus), dan juga ajag (Cuon alpinus).
(http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Gunung_Halimun_Salak)
(+) Pengelolaan TNGH
Dilihat dari bentuk kawasannya, Taman Nasional Gunung Halimun Salak berbentuk seperti bintang atau jemari, sehingga batas yang mengelilingi kawasan taman nasional ini menjadi lebih panjang. Pengelolaan kawasan seperti ini lebih sulit dibandingkan dengan pengelolaan kawasan yang berbentuk relatif bulat. Apalagi di dalamnya terdapat beberapa enklave berupa perkebunan, permukiman masyarakat tradisional serta beberapa aktivitas pertambangan emas, pembangkit energi listrik panas bumi dan pariwisata. Termasuk pula permukiman-permukiman masyarakat adat Kasepuhan Banten Kidul.
Banyak para petani tradisional maupun pendatang sudah tinggal di wilayah ini sebelum kawasan ini ditetapkan sebagai areal konservasi. Sehingga menjadi tantangan pengelola, para pihak dan masyarakat lokal dalam mengembangkan model pengelolaan kawasan TNGHS yang lebih kolaboratif dan berkelanjutan.(http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Gunung_Halimun_Salak)
(+) Lokasi / Objek yang menarik di TNGH
  • Objek wisata air terjun / curug di taman nasional ini sangat banyak diantaranya; curug Cimantaja, Curug Piit, Curug Cipamulaan, Curug Cihanyawar, Curug Citangkolo.
Air Terjun/Curug Cimantaja TNGH
Air Terjun/Curug Piit - TNGH



  • Station Penelitian Cikaniki merupakan tempat yang digunakan untuk berbagai research flora dan fauna di taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) ini. Salah satu yang menarik untuk dilihat adalah tumbuhan jamur "glowing mushrooms" yang berpendar di malam hari.
Station Research Cikaniki - TNGH



  • Objek wisata lainnya adalah Perkebunan Teh Nirmala yang berada dipintu masuk utama Cipeuteuy dan berada di areal Taman Nasional Gunung halimun (TNGH). Areal perkebunan teh ini berada di tengah-tengah Taman Nasional Gunung Halimun dengan luas sekitar 997  ha. Dari perkebunan ini kita bisa melakukan pengamatan atau mengamati burung elang jawa (Spizaetus bartelsi) yang melintas dan bersarang disini.
Perkebunan Teh Nirmala Areal TNGH
Akses di Areal Perkebunan Teh Nirmala-TNGH

Sisi Lain Perkebunan Teh Nirmala TNGH



  • Wisata Arung Jeram. Kegiatan arung jeram dilakukan di sungai Citarik dan Cicatih, sungai citarik terletak di Taman Nasional Gunung Halimun Cikidang, Kab.Sukabumi Jawa Barat, sungai ini merupakan salah satu sungai yang diperhitungkan oleh penggemar arung jeram. Sungai citarik berada di bagian tenggara taman nasional. Wisata arung jeram di sungai ini merupakan daya tarik tersendiri yaitu dengan arusnya yang deras, dan juga air terjun/curug yang terdapat di kawasan ini di tambah lagi dengan lanskap alam yang asri dan sejuk. http://www.outboundindonesia.com/tag/rafting-di-sungai-citarik/
Sungai Citarik

Rafting Sungai Citarik.Image-www.outboundindonesia.com


  • Musim kunjungan terbaik pada bulan Juni - Agustus setiap tahunnya. (http://www.dephut.go.id/uploads/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_halimun.htm
  • Gunung Batu dan Cadas Belang - Di taman nasional ini juga terdapat lokasi yang dipercaya mempunyai kekuatan spritual, dan menarik minat pengunjung untuk berziarah. Di gunung batu terdiri dari dinding batu yang terletak pada puncak bukit, sering digunakan untuk tempat ziarah. Lokasi ini berada di desa mekarjaya dengan pencapaian lokasi dengan jalan kaki sekitar 2 jam dari kampung cigadog.
  • Bumi Perkemahan - Salah satu kegiatan yang dapat dikembangkan di TNGHS adalah berkemah di bumi perkemahan yang sudah tersedia sumber air dan kamar mandi. Lokasinya terdapat di Citalahab, Cikelat, Wates, Cangkuang, Sukamantri dan Gunung Bunder.
  • Jalur Interpretasi ( Loop Trail ) dan Wisma Tamu Citalahab  - Jalan setapak Cikaniki - Citalahab sepanjang 3,8 km dibuat pada tahun 1997, jalur ini telah dilengkapi dengan pal hekto meter ( HM ), papan petunjuk dan shelter. Setelah HM 15, pada jalur ini terdapat dua alternalif jalan yaitu yang langsung ke kampung Citalahab Sentral dimana terdapat wisma tamu dan home stay yang dikelola masyarakat lokal atau yang berputar ke perkebunan teh Nirmala blok Citalahab Bedeng sekitar 3,8 km. Sepanjang jalur ini dapat menikmati berbagai flora fauna menarik yang akan memberi pengalaman baru bagi pengunjung berjalan di dalam hutan tropis.
Loop Trail di TNGH
Loop Trail di TNGH



  • Sumber Air Panas - Di TNGHS terdapat beberapa sumber air panas yang masih alami seperti di Cisukarame dan di Gunung Menir, maupun yang sudah dibuka sebagai tempat rekreasi, seperti di Gunung Salak Endah, Cisolok dan Cipanas.
  • Objek wisata situs candi cibedug. Situs ini terletak di Lebak Sibedug yang masuk wilayah desa Citorek Barat, Kec. Cibeber, Kab. Lebak Provinsi Banten. Situs ini merupakan peninggalan jaman Megalitikum yang berupa menhir dan punden berundak yang berada pada areal isolasi yang oleh pemerintah di beri nama "Situs Lebak Cibedug". Punden berundak pada situs cibedug ini mempunyai sembilan teras dengan susunan batu yang berbentuk lonjong seperti menhir, kalau di situs megalitikum gunung padang susunan terasnya berjumlah lima. Situs ini  terletak di lereng pasir manggu dengan -/+ 2 hektar komplek bangunan pada situs ini terdiri atas 3 bagian halaman, dengan pembagian halaman yang semakin meninggi dari sisi sebelah timur ke barat. Untuk mencapai lokasi tersebut dapat ditempuh melalui 2 jalur, yaitu : 1) Rangkasbitung – Citorek melalui Kec. Cipanas – Ciparasi Kec. Muncang kurang lebih 50 km dan berjalan kaki sekitar 12 km. 2) Rangkasbitung – Cikotok – Warungbanten – Citorek Kec. Cibeber melalui Malingping – Bayah sekitar 170 km dan berjalan kaki sekitar 12 km.
Situs Candi Cibedug Lebak Banten - TNGH

Punden-Lebak-Sibedug-terap-teratas-1-disbudpar.bantenprov.go.id


  • Atraksi Budaya - Upacara tersebut diselenggarakan di Kasepuhan Banten Kidul dengan pagelaran kesenian tradisional, mulai dari debus, musik angklung besar hingga kesenian khas Sunda lainnya. Kegiatan adat ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur atas keberhasilan mereka dalam dunia pertanian salah satunya adalah padi. Setiap tahun atraksi budaya ini digelar yaitu setiap bulan Juni - Desember.
Acara Seren Taun
Atraksi Budaya Acara Seren Taun 
Acara Seren Taun Kasepuhan
Acara Seren Taun



  • Canopy Trail/Canopy Walk - Jembatan gantung yang menghubungkan antara pohon yang satu dengan pohon lainnya. Jembatan ini merupakan salah satu pendukung kegiatan penelitian flora dan fauna di taman ini, letaknya sekitar 200 meter dari Stasiun Penelitian Cikaniki. Anda bisa berjalan di atas jembatan ini, dari satu pohon ke pohon lainnya sambil mengamati satwa liar yang tinggal di pohon. Jembatan dengan panjang 125 meter, ditopang oleh 7 pohon besar berada di ketinggian 30 meter dari permukaan tanah. Maksimal jumlah orang yang bisa di tanggung kanopi adalah 5 orang sehingga bila lebih dari 5 orang harus bergantian.
    Canopy Trail (jembatan Gantung) - TNGH
    Canopy Trail (jembatan Gantung) - TNGH

    Canopy Trail (jembatan Gantung) - TNGH
  • Salah satu kegiatan utama yang dilakukan Kampung Halimun adalah program pengembangan wisata kampung di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.  Model ini dikembangkan dengan sebuah semangat untuk memberikan ruang manfaat ekologi hutan bagi masyarakat setempat.  Masyarakat diposisikan sebagai pengelola secara langsung atas paket-paket wisata yang dikembangkan.  Hingga saat ini, pengembangan model tersebut terdapat di 2 kampung, yaitu Kampung Citalahab dan Kampung Sukagalih.(http://kampunghalimun.blogspot.com/p/wisata-kampung.html) 
    • Kampung Sukagalih
      Kampung Sukagalih berada di Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kampung ini berada di sebelah timur Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, dan merupakan salah satu kampung yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan taman nasional yang menghubungkan Gunung Halimun dan Gunung Salak.

      Masyarakat Kampung Sukagalih mayoritas bermata pencaharian sebagai petani, dengan memanfaatkan tanah untuk bertanam padi dan sayuran.

      Sebagai upaya untuk menunjang kelestarian Taman Nasional, penduduk kampung Sukagalih memanfaatkan kawasan hutan dan kampung untuk kegiatan wisata dan berkemah, kegiatan tersebut dikelola secara bersama, dalam wadah kelompok dengan nama KOPEL (Kelompok Pelestari Alam). Kelompok ini telah membuktikan pengelolaan hutan yang lestari, adil dan berkelanjutan, salah satunya dengan melakukan rehabilitasi hutan yang bekerjasama dengan lembaga non-pemerintah dan Balai Taman Nasional Gunung Halimun–Salak.

      Pengelola wisata kampung Sukagalih menyediakan fasilitas sederhana untuk menginap berupa paket akomodasi seperti homestay. Makanan khas kampung dan kegiatan wisata berupa atraksi alam, penanaman pohon jenis endemik dan atraksi kegiatan masyarakat kampung dalam mengelola lahan pertanian dan menjaga hutan.
       
    • Kampung Citalahab

      Kampung Citalahab merupakan kampung yang berada di ujung timur Kabupaten Bogor.  Secara administratif wilayahnya berada di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa barat.

      Kampung ini berada diantara perbatasan perkebunan teh Nirmala dan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.  Sebagian besar penduduk kampung Citalahab bermata pencaharian sebagai karyawan perkebunan teh.  Di sela waktunya penduduk Citalahab juga mengelola lahan pertanian berupa sawah dan ladang.

      Sebagai alternatif ekonomi, masyarakat Citalahab memanfaatkan keindahan dan kelestarian Taman Nasional Gunung Halimun-Salak dengan mengelola kegiatan wisata. Pengelolaan kegiatan dilakukan dengan cara berkelompok, yang disebut dengan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM Warga Saluyu). Hasil dari pengelolaan kegiatan wisata sebanyak 30% dialokasikan untuk kepentingan sosial, pendidikan dan keamanan dan ketertiban, yang selanjutnya dikelola oleh pemerintah desa.

      Fasilitas kampung merupakan aset kelompok yang kemudian dikelola menjadi sarana akomodasi (homestay) bagi pengunjung.  Pengelola menyediakan kegiatan wisata berupa atraksi alam dan atraksi kegiatan sehari-hari masyarakat kampung dalam bekerja sebagai karyawan perkebunan teh, dan pengelolaan lahan pertanian.(http://kampunghalimun.blogspot.com/p/wisata-kampung.html)
       
(+) Cara pencapaian lokasi :
Akses ke Taman Nasional Gunung Halimun
Peta Lokasi TNGH

  • Bogor/Sukabumi - Parungkuda - Kabandungan, 50 km (± 1,5 jam), 
  • Bogor - Cisangku, 50 km (± 2,5 jam),
  • Rangkasbitung - Bayah - Ciparay, 186 km (± 6 jam).

(+) Letak dan Keadaan Fisik TNGH
Letak Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi
(Provinsi Jawa Barat) dan
Kabupaten Lebak (Provinsi Banten)
Temperatur udara Rata-rata 30° C
Curah hujan 4.000 - 6.000 mm/tahun
Ketinggian tempat 500 – 1.929 meter dpl
Letak geografis 6°37’ - 6°51’ LS, 106°21’ - 106°38’ BT
Semoga kondisi Taman Nasional Gunung Halimun Salak akan tetap lestari supaya berkah bagi semua mahluk yang hidup di dalamnya dan barokah bagi masyarakat sekitar kawasan dan masyarakat luas pada umumnya. 

" Tips untuk mengunjungi Taman Nasional Gunung Halimun ".
http://www.wildlifeindonesia.com/index.php/component/content/article/35-eksploflona/76-warnawarnihidupanliartnghs

TIPS KE TNGHS
Tidak ada angkutan umum yang bisa mencapai TNGHS. Jika terpaksa memakai angkutan umum, kita bisa naik bis jurusan Sukabumi dan turun di Parungkuda. Dari Parungkuda ada angkutan kota sampai Kabandungan, dan dari Kabandungan bisa memakai jasa para pengojek motor untuk mengantar kita ke TNGHS.
Jika membawa kendaraan pribadi, bisa lewat Parungkuda atau lewat jalur Bogor-Leuwiliang-Nanggung-TNGHS. Tapi siapkan mobil dengan gardan ganda atau yang mempunyai ground clrearance tinggi.
Untuk bisa benar-benar menikmati warna-warni hidupan liar di TNGHS, juga keramah-tamahannya paling tidak kita harus menginap semalam. Pilihan menarik adalah menginap di Citalahab Bedeng. Kita bisa menginap di di rumah-rumah penduduk yang memang sudah disiapkan untuk menerima para wisatawan. Makan malam dan makan pagi, juga kudapan akan disiapkan oleh mereka dengan membayar harga yang pantas.
Untuk berkeliling Taman Nasional, sebaiknya membawa pemandu lokal yang bisa diambil dari Citalahab Bedeng. Tarifnya adalah Rp 150.000 per hari. Pemandu ini akan membawa kita menikmati warna-warni hidupan liar di TNGHS. Dan mereka umumnya mengerti flora-fauna di kawasan ini.
Sumber : (http://www.wildlifeindonesia.com/index.php/component/content/article/35-eksploflona/76-warnawarnihidupanliartnghs)

Keterangan :
*)Hutan primer (primary forest) adalah hutan yang telah mencapai umur lanjut dan ciri struktural tertentu yang sesuai dengan kematangannya; serta dengan demikian memiliki sifat-sifat *)ekologis yang unik. Pada umumnya hutan primer berisi pohon-pohon besar berumur panjang, berseling dengan batang-batang pohon mati yang masih tegak, tunggul, serta kayu-kayu rebah. Robohnya kayu-kayu tersebut biasa membentuk celah atau rumpang tegakan, yang memungkinkan masuknya cahaya matahari ke lantai hutan, dan merangsang pertumbuhan *)vegetasi lapisan bawah. Hutan primer yang minim gangguan manusia biasa disebut hutan perawan.
Hutan sekunder adalah hutan-hutan yang merupakan hasil regenerasi (pemulihan) setelah sebelumnya mengalami kerusakan ekologis yang cukup berat; misalnya akibat pembalakan, kebakaran hutan, atau pun bencana alam. Hutan sekunder umumnya secara perlahan-lahan dapat pulih kembali menjadi hutan primer, yang tergantung pada kondisi lingkungannya, akan memakan waktu beberapa ratus hingga beberapa ribu tahun lamanya.(http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_primer) 
Keterangan :*) Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme (kumpulan molekul-molekul yang saling memengaruhi sedemikian sehingga berfungsi secara stabil dan memiliki sifat hidup)Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya.  
Keterangan :*) Vegetasi Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi.(http://id.wikipedia.org/wiki/Ekologi)
Keterangan : *) Endemik - Endemisme dalam ekologi adalah gejala yang dialami oleh organisme untuk menjadi unik pada satu lokasi geografi tertentu, seperti pulau, lungkang (niche), negara, atau zona ekologi tertentu. Untuk dapat dikatakan endemik suatu organisme harus ditemukan hanya di suatu tempat dan tidak ditemukan di tempat lain. Contohnya adalah jalak bali, hanya ditemukan di Taman Nasional Bali Barat di Pulau Bali. Faktor fisik, iklim, dan biologis dapat menyebabkan endemisme. Sebagai misal, babi rusa menjadi endemik karena isolasi geografi yang dialaminya dan tantangan ruang hidupnya di Pulau Sulawesi menyebabkan ia menjadi berbentuk khas.(http://id.wikipedia.org/wiki/Endemik) 
Keterangan : *)BirdLife International (dulu bernama International Council for Bird Preservation) adalah organisasi konservasi international yang bergiat dengan keterlibatan masyarakat untuk melindungi semua jenis burung di dunia dan habitatnya. Organisasi ini adalah federasi konservasi global dengan jaringan internasional lebih dari 100 rekan organisasi, termasuk Burung Indonesia, RSPB, Gibraltar Ornithological & Natural History Society (GONHS), National Audubon Society, Bombay Natural History Society, Birds Australia, Royal Forest and Bird Protection Society of New Zealand, Nature Seychelles, Malaysian Nature Society, dan BirdWatch Ireland.(http://id.wikipedia.org/wiki/BirdLife_International)
Keterangan : *)Enklave atau daerah kantong adalah negara/bagian negara yang dikelilingi oleh wilayah suatu negara lain.(http://id.wikipedia.org/wiki/Enklave) 
Keterangan :
*)Kasepuhan Banten Kidul adalah kelompok masyarakat adat sub-etnis Sunda yang tinggal di sekitar Gunung Halimun, terutama di wilayah Kabupaten Sukabumi sebelah barat hingga ke Kabupaten Lebak, dan ke utara hingga ke Kabupaten Bogor. Kasepuhan (bhs sunda. sepuh, tua) menunjuk pada adat istiadat lama yang masih dipertahankan dalam kehidupan sehari-hari.
Masyarakat Kasepuhan Banten Kidul melingkup beberapa desa tradisional dan setengah tradisional, yang masih mengakui kepemimpinan adat setempat. Terdapat beberapa Kasepuhan di antaranya adalah Kasepuhan Ciptagelar, Kasepuhan Cisungsang, Kasepuhan Cisitu, Kasepuhan Cicarucub, Kasepuhan Citorek, serta Kasepuhan Cibedug. Kasepuhan Ciptagelar sendiri melingkup dua Kasepuhan yang lain, yakni Kasepuhan Ciptamulya dan Kasepuhan Sirnaresmi.
Pemimpin adat di masing-masing Kasepuhan itu digelari Abah, yang dalam aktivitas pemerintahan adat sehari-hari dibantu oleh para pejabat adat yang disebut baris kolot (Sd. kolot, orang tua; kokolot, tetua). Kasepuhan Ciptagelar kini dipimpin oleh Abah Ugi, yang mewarisinya dari ayahnya, Abah Anom, yang meninggal dunia pada tahun 2007. Wilayah pengaruh kasepuhan ini di antaranya meliputi desa-desa Sirnaresmi dan Sirnarasa di Sukabumi. Sementara Kasepuhan Cisungsang berlokasi di Desa Cisungsang wilayah Lebak dipimpin oleh Abah Usep.
Salah satu ritual adat tahunan Kasepuhan yang selalu menarik minat masyarakat adalah upacara Seren Taun; yang sesungguhnya adalah pernyataan syukur warga Kasepuhan atas keberhasilan panen padi.
 


Sumber materi :
http://www.dephut.go.id/uploads/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_halimun.htm   -  
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=474&lang=id   
http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Nasional_Gunung_Halimun_Salak

sumber image :  
http://ekowisata.org/galeri/taman-nasional/tn-gunung-halimun-salak/    
http://www.pbase.com/archiaston/image/  
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:.jpg  
http://disbudpar.bantenprov.go.id/place/lebak-sibedug

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP)


 photo GGedeDsRancakaduF68docs_zps8fbe61e7.jpg
Gambar G. Gede-Pangrango dilihat dari arah Sukaraja Sukabumi

Flamboyan68 - Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, pendidikan, penunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi (UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya). Sebagai salah satu bagian dari jaringan kawasan konservasi Indonesia, taman nasional mempunyai fungsi paling lengkap, yaitu perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa dan ekosistemnya serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati beserta ekosistemnya.

Kawasan Gunung Gede dan Pangrango sudah dikenal sebagai tempat penelitian botani sejak tahun 1800an hingga saat ini. Kondisi alam dengan udara segar dan suhu sekitar 10ºC - 18ºC menyebabkan kawasan ini memberikan kesejukan bagi daerah sekitar, dan curah hujan yang tinggi rata-rata mencapai 400 mm per bulan dan berperan penting sebagai daerah tangkapan air yang vital dengan hulu 4 Daerah Aliran Sungai (DAS) besar yaitu Cimandiri, Citarum, Cisadane, dan Ciliwung, yang memberikan suplai air permukaan dan air tanah bagi ± 30 juta penduduk Jakarta, Bogor, Tangerang, Sukabumi, Cianjur,dan sekitarnya.  Dengan kondisi alam yang telah menyatu dengan masyarakat sekitar hutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), menumbuhkan keunikan budaya masyarakat yang masih terpelihara dan terjaga komunitasnya.(http://andi-martin.blogspot.com/2011/10/sekilas-taman-nasional-gunung-gede.html)

Pada tahun 1980 Gunung Gede Pangrango telah diumumkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai salah satu dari  5 (lima) Taman Nasional di Indonesia. 

 photo peta_pangrango_zpsf5acbeae.jpg
Image-dephut.go.id
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango telah dijadikan sebagai laboratorium alam sejak dulu, karena keadaan alamnya yang unik dan khas. Seperti halnya kawasan konservasi lainnya di Indonesia pengelolaan kawasan TNGP merupakan tanggungjawab dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan. 

Kawasan TNGP Secara administratif  berada di 3 kabupaten  yaitu Bogor, Cianjur dan Sukabumi. Kantor pengelola yaitu Balai Besar TNGGP berada di Cibodas dan dalam pengelolaannya dibagi menjadi 3 (tiga) Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah (Bidang PTN Wil), antara lain : PTN Wil I di Cianjur, PTN Wil II di Selabintana-Sukabumi, PTN Wil III di Bogor.

Pendakian dan penelitian Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango di awali oleh antara lain :
  1. C.G.C. Reinwardt melakukan pendakiannya pada tahun 1819   
  2. F.W. Junghuhn ( 1839 - 1861 )
  3. J.E. Teysmann (1839)
  4. A.R. Wallace (1861)
  5. S.H. Koorders (1890)
  6. M. Treub (1891)
  7. W.M. van Leeuen (1911)
  8. C.G.G.J. van Steenis (1920-1952)
C.G.G.J. van Steenis telah berhasil mengumpulkan koleksi tumbuhan sebagai bahan dasar penyusunan buku ”THE MOUNTAIN FLORA OF JAVA”  yang diterbitkan pada tahun 1972.(http://www.dephut.go.id/uploads/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_gedepangrango.htm)

Keanekaragaman ekosistem yang dimiliki oleh Taman Nasional Gunung Gede Pangrango begitu kayanya dan ini bisa dilihat dari ekosistem montana, sub montana, sub alpin, danau, rawa, dan savana. 


(+) Ekosistem Sub Montana ( 800 - 1.400 meter ) ditandai dengan lapisan tajuk yang didominasi oleh Rasamala (altingia excelsa) yang tinggi pohonnya dapat mencapai 60 meter dan Castanopsis aegntea, Antidesma tetrandum dan litsea Sp. Dan semak-semak (Ardisia fulginosa dan Dichera febrifuga). Selain itu banyak jenis tumbuhan bawah, epifit dan lumut, di antaranya dapat di jumpai begonia, paku-pakuan,anggrek dan lumut merah (Sphagnum gedeanum). Salah satu yang mudah dikenali adalah jenis dari paku-pakuan (Asplenium nidus) yang berdiameter dapat mencapai 2 meter.

(+) Ekosistem Montana ( 1.400 - 2.400 meter ) dapat kita lihat dari tumbuhnya pohon-pohon yang besar seperti pohon Jamuju (Dacrycarpus imbricatus), Puspa (Schima walliichii) dan Kijebung (polyosma illifocia)

(+) Ekosistem Sub Alpin ( diatas 2.400 meter ) dapat dilihat dengan ciri adanya dataran yang ditumbuhi Rumput (Isachne pangerangensis), Bunga Eidelweis (Anaphalis javanica) yang dikatakan oleh para pendaki adalah bunga abadi karena bunganya seperti tidak pernah layu, Violet (Viola pilosa), dan Cantigi (Vaccinium varingiaefolium) yang merupakan vegetasi tunggal di daerah kawah.

Berdasarkan hasil survey yang dilaksanakan pada tahun 199, dilaporkan bahwa keanekaragaman jenis tumbuhan di kawasan Taman Nasional ini, jumlahnya makin menurun dengan semakin tingginya tempat dari permukaan laut. Pada zona Sub Montana terdapat 249 jenis flora, zona Montana terdapat 185 jenis dan di zona Sub Alpin hanya terdapat 36 jenis.

  
 photo BelantaraGGede_zpsf18e1957.jpg

Satwa primata yang terancam punah dan terdapat di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango yaitu owa (Hylobates moloch), surili (Presbytis comata comata), dan lutung budeng (Trachypithecus auratus auratus); dan satwa langka lainnya seperti macan tutulPanthera pardus melas), landak Jawa (Hystrix brachyura brachyura), kijang (Muntiacus muntjak muntjak), dan musang tenggorokan kuning (Martes flavigula).
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango terkenal kaya akan berbagai jenis burung yaitu sebanyak 251 jenis dari 450 jenis yang terdapat di Pulau Jawa. Beberapa jenis diantaranya burung langka yaitu elang Jawa (Spizaetus bartelsi) dan burung hantu (Otus angelinae). Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango ditetapkan oleh UNESCO sebagai Cagar Biosfir pada tahun 1977, dan sebagai Sister Park dengan Taman Negara di Malaysia pada tahun 1995.(http://www.dephut.go.id/uploads/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_gedepangrango.htm)

( + ) Legenda

Yang merupakan kepercayaan masyarakat setempat yaitu tentang keberadaan Eyang Suryakencana dan Prabu Siliwangi di Gunung Gede. Menurut cerita rakyat kuno Suryakancana adalah Putra dari Dalem Cikundul atau Rd. Aria Wira Tanu I, pendiri Cianjur dan bupati Pertama Cianjur, hasil dari pernikahannya dengan Putri Jin Pangeran Suryakencana memiliki dua putra yaitu Prabu Siliwangi dan Prabu Sakti (tidak ada sumber). 


Masyarakat percaya bahwa Eyang Suryakencana yang notabene nya adalah bangsa jin, masih bermukin di sekitar gunung Gede, dan menjadi penguasa bangsa jin di gunung tersebut.Masyarakat percaya bahwa roh Eyang Suryakencana dan Prabu Siliwangi akan tetap menjaga Gunung Gede agar tidak meletus. 

Pada saat tertentu, banyak orang yang masuk ke goa-goa sekitar Gunung Gede untuk semedhi/ bertapa maupun melakukan upacara religius.

 photo alun-alun-suryakencanag_zps7c0d8755.jpg
Alun-Alun Suryakencana G.Gede
 photo Alun2SuryakencanaSurken_zps70ecd05c.jpg
Alun-Alun Suryakencana G.Gede
Kadangkala pendaki yang berada di kawasan alun-alun Surya Kencana akan mendengar suara kaki kuda yang berlarian, tapi kuda tersebut tidak terlihat wujudnya. 

Konon, kejadian ini pertanda Pangeran Surya Kencana datang ke alun-alun dengan dikawal oleh para prajurit. Selain itu para pendaki kadang kala akan melihat suatu bangunan istana. Alun-alun Surya Kencana berupa sebuah lapangan datar dan luas pada ketinggian 2.750m dpl, di sebelah timur puncak Gede, merupakan padang rumput dan padang edelweiss. 

 photo BungaEdelweissdanLembahMandalawangi_zpsceaef9e9.jpg
Lembah-Alun-Alun Mandalawangi G.Pangrango
 photo LembahMandalawangi0003_zps858e9059.jpg
Lembah-Alun-Alun Mandalawangi G.Pangrango
Kawasan Gunung Gede merupakan tempat bersemayam Pangeran Surya Kencana. Beliau bersama rakyat jin, menjadikan alun – alun sebagai lumbung padi yang disebut Leuit Salawe, Salawe Jajar, dan kebun kelapa salawe tangkal, salawe manggar.  

 photo Mataairdialun2surken_zps04876e73.jpg
mata air di alun-alun Suryakencana G.Gede
 photo mataairSuryaKencana_zpsa653fcee.jpg
mata air di alun-alun Suryakencana G.Gede
Petilasan singgasana Pangeran Surya Kencana berupa sebuah batu besar berbentuk pelana. Hingga kini, petilasan tersebut masih berada di tengah alun-alun, dan disebut Batu Dongdang yang dijaga oleh Embah Layang Gading.

Sumber air yang berada di tengah alun-alun, dahulu merupakan jamban untuk keperluan minum dan mandi. Di dalam hutan yang mengitari Alun-alun Surya Kencana ini ada sebuah situs kuburan kuno tempat bersemayam Prabu Siliwangi. Pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi yang menguasai Jawa Barat, terjadi peperangan melawan Majapahit. Selain itu Prabu Siliwangi juga harus berperang melawan Kerajaan Kesultanan Banten. Setelah menderita kekalahan yang sangat hebat Prabu Siliwangi melarikan diri bersama para pengikutnya ke Gunung Gede.

Sekitar gunung Gede banyak terdapat petilasan peninggalan bersejarah yang dianggap sakral oleh sebagian peziarah, seperti petilasan Pangeran Suryakencana, putri jin dan Prabu Siliwangi. Kawag Gunung Gede yang terdiri dari, Kawah Ratu, Kawah Lanang, dan Kawah Wadon, dijaga oleh Embah Kalijaga.

Embah Serah adalah penjaga Lawang Seketeng (pintu jaga) yang terdiri atas dua buah batu besar. Pintu jaga tersebut berada di Batu Kukus, sebelum lokasi air terjun panas yang menuju kearah puncak. Eyang Jayakusumah adalah penjaga Gunung Sela yang berada disebelah utara puncak Gunung Gede. Sedangkan Eyang Jayarahmatan dan Embah Kadok menjaga dua buah batu dihalaman parkir kendaraan wisatawan kawasan cibodas.

Batu tersebut pernah dihancurkan, namun bor mesin tidak mampu menghancurkannya. Dalam kawasan Kebun Raya Cibodas, terdapat petilasan/ makam Eyang Haji Mintarasa. Pangeran Suryakencana menyimpan hartanya dalam sebuah gua lawa/walet yang berada di sekitar air terjun Cibeureum.

Gua tersebut dijaga oleh Embah Dalem Cikundul. Tepat berada di tengah-tengah air terjun Cibeureum ini terdapat sebuah batu besar yang konon adalah perwujudan seorang pertapa sakti yang karena bertapa sangat lama dan tekun sehingga berubah menjadi batu. Pada hari kiamat nanti barulah ia akan kembali berubah menjadi manusia.(http://badasunity.blogspot.com/2011/08/mistis-gunung-gede-pangrango-dan-kisah.html)

( + ) Sejarah Kawasan

Status Taman Nasional Gunung Gede Pangrango diawali ketika pemerintah Hindia-Belanda mengeluarkan SK Gubernur Jendral Hindia-Belanda No. 50 Tanggal 17 Mei 1889 dengan ditetapkannya Kebun Raya Cibodas dan areal hutan seluas 240 hektar sebagai contoh flora pegunungan di pulau Jawa dan sekaligus sebagai hutan lindung

Melalui SK Gubernur Jendral Hindia-Belanda No. 7 Tanggal 05 Januari 1925 ditetapkan daerah puncak Gunung Gede, Gunung Gemuruh, Gunung Pangrango, daerah Sungai Cibodas dan Ciwalenyang seluruhnya meliputi areal seluas 1040 hektar sebagai cagar alam dengan nama Cagar Alam Cibodas-Gunung Gede.
Pada tanggal 06 Maret 1980, kawasan Gunung Gede Pangrango ditetapkan oleh Menteri Kehutanan untuk dikelola sebagai kawasan Taman Nasional dan luas kawasan seluruhnya adalah 15.196 hektar, yang mencakup Cagar Alam Gunung Gede Pangrango 14.000 hektar, Cagar Alam Cibodas Gunung Gede 1040 hektar, Taman Wisata Situ Gunung 100 hektar dan Cagar Alam Cimungkat 56 hektar.

Sejak Tahun 1984, sejalan dengan perbanyakan Depertemen Kehutanan, kawasan inti dikelola oleh unit pelaksana teknis TNGP sebagai kawasan pelestarian alam dengan konsep Pengelolaan Taman Nasional sesuai dengan SK Menteri Kehutanan No. 096/KPTS-II/UM/84. Status kawasan mendapatkan dasar hukum yang sah pada tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan ekosistemnya.
Taman Nasional ini bila ditingkatkan dalam pengelolaannya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi pihak pengelola maupun masyarakat sekitarnya, antara lain dengan terbukanya lapangan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat sekitar hutan serta manfaat yang lainnya.
( + ) Lokasi/obyek Gunung Gede - Pangrango yang menarik untuk dikunjungi :
  • Telaga Biru  adalah danau kecil berukuran lima hektar (1.575 meter dpl.) terletak 1,5 km dari pintu masuk Cibodas. Danau ini selalu tampak biru diterpa sinar matahari karena ditutupi oleh ganggang biru.
 photo TelagaBiru_zps9dc7d30a.jpg
Telaga Biru
  • Air Terjun Cibeureum merupakan air terjun yang mempunyai ketinggian sekitar 50 meter terletak sekitar 2,8 km dari Cibodas. Di sekitar air terjun tersebut dapat melihat sejenis lumut merah yang endemik di Jawa Barat. Air Terjun Cibereum (1.675 m.dpl) tingginya antara 40 - 50 meter, terdiri dari air terjun utama (Curug Cidendeng), juga ada dua air terjun yang lebih kecil (Curug Cikundul dan Curug Ciwalen). Air terjun ini juga salah satu tempat wisata yang paling sering dikunjungi di Kawasan TNGP. Bila kita ingin memasuki kawasan air terjun Cibeureum harus membeli tiket masuk.
 photo airterjuncibeureum_zps470a4c5f.jpg
air terjun cibeureum
  • Air Panas terletak sekitar 5,3 km atau 2 jam perjalanan dari Cibodas.

 photo Sumberairpanas_zpsd7dce0ac.jpg

 photo sumberairpanas02_zps39e749f4.jpg
Jalur Air Panas
  • Kandang Batu atau di sebut Lebak Saat (2.220 m.dpl) di tempat banyak di jumpai batu-batuan yang dihasilkan dari letusan Gunung Gede selain itu terdapatnya sumber mata air dan dataran yang dipakai buat mendirikan tenda dalam perjalanan pendakian gunung.
  • Kandang Badak (2.395 m.dpl) merupakan dataran yang terletak pada punggungan  / persimpangan ( cagak ) jalan yang menghubungkan Gunung Gede dan Gunung Pangrango. Arah kiri menuju Gunung Gede  (2 km 2 jam perjalanan) arah kanan menuju Gunung Pangrango (3 km 3 jam perjalanan). Di lokasi ini terdapat sumber mata air oleh para pendaki di pakai untuk berkemah dan ada juga ada shelter yang memadai. Di sini pengunjung bisa melakukan pengamatan tumbuhan/satwa.
 photo shelterkandangbatu_zps7d561bdf.jpg
shelter kandang batu
 photo shelterkandangbadak_zpsf10672d6.jpg
shelter kandang badak
  • Puncak dan Kawah Gunung Gede Mendekati puncak Gunung Gede pepohonan semakin berkurang hanya terdapat lahan gersang yang jarang ada tumbuhan, hal ini diakibatkan kegiatan kawah berapi Gunung Gede yang seringkali mengeluarkan gas berbau belerang. Di puncak Gunung Gede dapat menyaksikan pemandangan yang sangat indah karena dapat melihat kawah-kawah disekitar puncak Kawah Lanang - Kawah Ratu dan Kawah Wadon dengan bunga Edelweis Jawa, dan kadang juga burung Rajawali Jawa (Spizaetus bartelesi) yang terbang melintasi kawah, Gunung Pangrango dan Gunung Gumuruh serta pemandangan kota-kota hamparan kota Cianjur-Sukabumi-Bogor, gunung-gunung di Jawa Barat, dan Selat Sunda dikaki-kaki langit. panorama berupa pemandangan matahari terbenam/terbit terlihat dengan jelas, atraksi geologi yang menarik dan pengamatan tumbuhan khas sekitar kawah. Gunung Gede berada pada ketinggian 2.958 m. dpl.
 photo GPangrangolihatdrGGede_zps5194178a.jpg

 photo PuncakGgGededilijatdariGgPangrango_zps76e9a85e.jpg
Puncak Gg. Gede dilihat dari Gg. Pangrango
 photo puncak-gede_zps6e8f018e.jpg

 photo GgPangrango_zps62d8e3a8.jpg
G. Pangrango view dr G. Gede
 photo KawahGGede05_zpsc5cd6b26.jpg

 photo KawahGGede02_zps2b00df11.jpg

 photo KawahGGede01_zpsbb138d45.jpg

 photo KawahGGede04_zpsa6b41a36.jpg
Kawah Gg. Gede
  •  Alun-alun Suryakencana merupakan dataran seluas 50 hektar yang ditutupi hamparan bunga edelweiss dan lokasi ini merupakan tujuan favorit para pendaki selain sebagai lintas jalur.  Dataran ini berada pada ketinggian 2.750 m. dpl dengan jarak 11,8 km atau 6 jam perjalanan dari Cibodas.
 photo alunsurkenc_zps7587f3dc.jpg

 photo surya1_zps9d927be6.jpg

 photo surken_zps3a714a18.jpg

 photo suryakencana_zps21dc5f53.jpg
Alun-alun Suryakencana Gg. Gede
  •  Cibodas, Gunung Putri dan Selabintana merupakan akses utama menuju puncak gunung gede dan pangrango. Informasi lebih detail klik disini.


 photo PintuMasuk_zps88160af5.jpg
Pintu Masuk Via Gunung Putri
 photo Salabintana_zpsad11bef3.jpg
Pintu Masuk Via Selabintana
( + ) Lokasi  dan Kondisi Taman Nasional Gunung Gede - Pangrango ( TNGGP )

( + ) Data - Tipe Gunung Gede

Data dan tipe gunung gede menurut Smithsonian Institute " Global Volcano Program " :
Letak Kab. Bogor, Kab. Cianjur, Kab. Sukabumi, Provinsi Jawa Barat
Tipe Gunung : Stratovolcano
Status Gunung : Historical
Letusan Terakhir : 1957
Temperatur udara : 5° - 28° C
Curah hujan rata-rata : 3.600mm/tahun
Ketinggian Tempat : 1.000 - 3.000 m.dpl 
Ketinggian puncak :  G. Gede 2.958 m. dpl 
Ketinggian Puncak : G. Pangrango 3.019 m.dpl
Latitude : 6.78° S 6°47"o"S
Longitude : 106.98°E 106°59"o"E 
Letak geografis 6°41’ - 6°51’ LS, 106°50’ - 107°02’ BT
 
Pengelola Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merekomendasikan untuk melakukan kunjungan sebaiknya dilakukan di bulan Juni sampai dengan bulan September karena pada bulan itu adalah musim kemarau.
Untuk mencapai lokasi TNGGP dari arah Jakarta-Bogor-Cibodas dengan waktu sekitar 2,5 jam (± 100 km) menggunakan mobil, atau Bandung-Cipanas-Cibodas dengan waktu 2 jam (± 89 km), dan Bogor-Selabintana dengan waktu 2 jam (52 km).

Untuk pengurusan izin pendakian gunung Gede Pangrango harus dilakukan booking terlebih dahulu sebelum dilakukannya pendakian (1 minggu atau 1 bulan) bisa dilakukan ditempat registrasi atau lewat booking online. Pengelola Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) menerapkan sistem quota untuk per harinya pada setiap kelompok/grup yang minimal jumlah 3 orang dan maksimal 20 orang, untuk tarif tiket  Rp. 2.500 / orang dan kewajiban untuk membeli asuransi sebesar Rp. 2.000 / orang.Para pendaki diwajibkan untuk meninggalkan photo copy tanda pengenal dan menunjukan tanda pengenal yang asli.

( + ) Letak dan Luas

Secara geografis kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terletak diantara 106º51’-107º02’ BT dan 64º10’-65º1’ LS. Menurut administrasi pemerintahan, kawasan ini termasuk ke dalam 3 wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II, yaitu Bogor, Cianjur dan Sukabumi. Luas wilayah taman nasianal ini berdasarkan penetapannya (Pengumuman Menteri Pertanian tanggal 6 Maret 1980) adalah 15.196 Ha yang menurut wilayahnya termasuk ke dalam Kabupaten Dati II Bogor 4.514; 73 Ha, Cianjur 3.899; 29 Ha, dan Sukabumi 6.781; 98 Ha.

Pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dibagi menjadi 3 Rayon dan 10 Resort, yaitu Rayon Bodogol yang terdiri dari Resort Bodogol Resort Cimande dan Resort Cisarua; Rayon Cibodas  yang terdiri dari Resort Cibodas, Resort Gunung Putri dan Resort Gedeh; serta Rayon Salabintana yang terdiri dari Resort Goalpara, Resort Salabintana, Resort Cimungkat dan Resort Nagrak.

( + ) Topografi

Keadaan topografi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango bervariasi dari landai sampai bergunung. Secara umum, topografi kawasan ini merupakan bukit dan gunung dengan sedikit daerah landai karena berada pada ketinggian 1000 – 3019 mdpl. Baik di Gunung Gede maupun Pangrango banyak terdapat jurang yang dalam dengan kedalaman 70 m.

( + ) Iklim

Curah hujan didalam kawasan TNGP berkisar antrara 3000 – 4200 mm/tahun. Musim hujan terjadi pada bulan Oktober – Mei dengan curah hujan bulanan rata-rata 2000 mm, sedang pada bulan Desember-Maret curah hujan mencapai 400 mm. Musim kemarau terjadi pada bulan Juni-September dengan curah hujan 100 mm. Berdasarkan klasifikasi iklim dari Schmidt dan Ferguson tipe iklim kawasan ini termasuk kedalam tipe A dengan nilai Q berkisar antara 5% – 9%.

Temperatur di Cibodas berkisar antara 18ºC pada siang hari dan di Puncak Gunung Gede dan Pangrango 10ºC. Sedang pada malam hari temperatur di Puncak berkisar 5ºC. Namun pada musim kering/kemarau, suhu di Puncak Gunung Gede maupun Pangrango dapat mencapai 0ºC. Kelembaban udara relatif sepanjang tahun termasuk sangat tinggi, yaitu berkisar antara 80% – 90%.

( + ) Hidrologi

Sungai – sungai yang terdapat di dalam kawasan Taman Nasional gunung Gede Pangrango, secara umum membentuk pola radial. Berdasarkan data yang tersedia, terdapat 50 sungai dan anak sungai yang berhulu di kawasan ini. Hal ini menyebabkan kawasan ini mempunyai peranan penting sebagai penyangga kehidupan , yaitu dalam penyediaan air permukaan maupun air bawah tanah. Pada umumnya sungai–sungai tersebut mengalir sepanjang tahun dengan debit yang relatif tetap atau tidak berfluktuasi tinggi.

Di daerah kawah Gunung Gede terdapat 2 lubang yang merupakan penampungan air pada saat hujan lebat. Air yang terkumpul membentuk aliran kecil di bawah permukaan melalui lapisan pasir yang berporositas tinggi dan selanjutnya mengalir ke dasar kawah dan kemudian muncul sebagai aliran air panas dengan suhu ± 75° C di lereng Utara Gunung Gede pada ketinggian 2150 mdpl.

Beberapa sungai penting yang berhulu di dalam kawasan Taman Nasional antara lain : Sungai Cimandiri yang mengalir ke arah selatan dan bermuara di Pelabuhan Ratu; Sungai Cisarua dan Cinagara mengalir ke arah barat daya yang merupakan sumber utama Sungai Ciliwung dan kali Angke dan bermuara di laut Jawa; Sungai Cikundul dan Cianjur Leutik yang mengalir ke arah timur dan bermuara di Sungai Citarum.

( + ) Geologi dan Tanah

Gunung Gede dan Pangrango merupakan bagian dari jalur gunung berapi yang membujur dari Sumatera, Jawa sampai Nusa Tenggara. Rangkaian gunung ini terbentuk akibat dari pergeseran lapisan kulit bumi secara terus menerus selama periode aktivitas geologi yang tidak stabil, yaitu pada periode Quartener. Secara umum, lapisan batuan yang terdapat didaerah ini merupakan batuan vulkanik seperti Andesit, Tuff, Basalt, Lava Breksi, Breksi mekanik dan Piroklasik.

Lapisan dasar dari batuan ini terdiri dari non vulkanik yang lebih tua. Gunung Gede adalah salah satu dari 35 gunung api yang masih aktif pada jalur ini, sedangkan Gunung Pangrango telah dinyatakan mati karena tidak terdapat tanda-tanda keaktifannya. Jenis tanah di kawasan TNGP terdiri dari jenis tanah Regosol, asosiasi Andosol dan Regosol dan jenis tanah Latosol Coklat.

( + ) Flora dan Fauna
 
Tumbuhan di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango pada dasarnya dapat dikelompokkan menurut ekosistemnya, baik berdasarkan ketinggian tempat maupun jenisnya. Menurut hasil penelitian tumbuhan yang pernah dilakukan, di dalam kawasan ini tercatat lebih dari 900 jenis tumbuhan berbunga, 400 jenis tumbuhan paku serta berbagai jenis tumbuhan lumut, ganggang dan jamur. Bahkan Meijer pada tahun 1959 melakukan penelitian dan perhitungan jumlah jenis dalam 1 ha hutan Sub Montana menemukan 331 jenis tumbuhan, diantaranya adalah 78 jenis pohon dan 100 jenis epifit.

Pada ketinggian 1000 – 1500 m dpl, terdapat ekosistem Sub Montana. Ekosistem ini merupakan hutan dengan keragaman jenis yang tinggi dengan tiga strata tajuk yang jelas ditandai dengan pohon – pohon besar dan tinggi. Jenis – jenis dominan menurut strata adalah :
a.Yang mencapai ketinggian lebih dari 60 m : Altingia excelsa dan Castanops argentea.
b.Yang mencapai ketinggian antara 10 – 20 m : Antidesma tetandrum dan Litsea sp.
c. Berupa belukar ( 3 – 5 m ) : Ardisia fuliginosa dan Dichora febrifuga.

Pada ketinggian 1500-2400 mdpl dijumpai ekosistem montana. Ekosistem ini merupakan hutan dengan keragaman jenis yang mulai menurun dan ditandai dengan sedikitnya jenis tumbuhan bawah. Jenis pohon yang dijumpai diantaranya Puspa (Schima walichii) yang daun mudanya berwarna merah dan Darycarpus imbricatus, jenis berdaun jarum.

Pada ketinggian di atas 2400 – 3019 m dpl dijumpai ekosistem Sub Alpin. Ekosistem ini merupakan hutan dengan keragaman jenisnya rendah ditandai dengan pohon-pohon kerdil. Jenis pohon dominan adalah Vaccinium varingaefolium dengan batang ditumbuhi lumut janggut. Kekhasan hutan ini adalah terdapatnya dataran yang ditumbuhi rumput Isachne pangrangensis dan Edelweiss ( Anaphalis javanica) yang juga dikenal sebagai bunga abadi.

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan berbagai ekosistem yang terdapat di dalamnya merupakan habitat dari berbagai jenis satwa langka dan dilindungi. Berdasarkan informasi Junghuhn ( 1839 ), di kawasan Taman Nasional pernah dijumpai badak jawa (Rhinocerus sundaicus). Namun, tidak ditemukan catatan resmi mengenai keberadaan jenis satwa ini.

Jenis-jenis satwa langka yang masih dapat dijumpai pada saat ini, antara lain: primata, yaitu Owa Jawa (Hylobates moluch), Surili (Presbytis comata), Lutung (Trachypithecus auratus), serta pemangsa seperti macan tutul (Phantera pardus), kucing hutan (Prionailurus bengalensis), kucing akar (Mustela flavigula) dan anjing hutan (Cuon alpinus javanicus). Disamping itu terdapat pula jenis satwa lainnya seperti sigung (Mydaus javanensis), kijang (Muntiacus muntjak) dan kancil (Tragulus javanicus).

Kawasan ini juga terkenal karena keragaman jenis burungnya, yang dijumpai 251 jenis dari 460 jenis yang tercatat hidup di pulau Jawa atau lebih dari 50%. Menurut Bird Life International (1994) dalam departemen kehutanan, Ditjen PHPA, TNGP (1994), di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango hidup 19 dari 20 jenis burung endemik pulau jawa, diantaranya adalah elang jawa (Spizaetus bartelsi). Jenis-jenis burung langka dan menarik yang dapat dijumpai di kawasan ini antara lain burung Hantu (Ottus angelinae), burung Luntur gunung (Harpactes reinwardti), burung cerecet (Psaltria exilis) dan burung madu gunung (Aethpyga eximia). Kekayaan jenis burung ini mempesona terutama bagi para peneliti dan pengamat burung dari berbagai penjuru dunia.

( + ) Jalur Pendakian
 
Ada tiga jalur pendakian dengan batas maksimum jumlah kuota pengunjungnya, yaitu: Jalur Cibodas (300), Jalur Gunung Putri (100), dan Jalur Selabintana (100). Selabintana merupakan jalur terpanjang dengan waktu tempuh pendakian sekitar 7,5-9 jam. Waktu yang dibutuhkan untuk pendakian dari semua jalur umumnya 2 hari. http://gispala.wordpress.com/2011/06/11/gunung-gede-gunung-favorit-para-pendaki-dan-peneliti/

Untuk rute pendakian yang ingin mencapai kedua puncak gunung ini sekaligus, disarankan untuk memakai jalur gunung putri.

 photo JalurPendakianTNGGP_zps07c0daa2.jpg

 photo rutegede-pangrango_zpsa7770576.jpg

 photo MapPendakian_zps3a40b8e9.jpg
Pendakian via selabintana
 photo MapPendakian1_zpsaa849e91.jpg
Pendakian via selabintana
 
sumber materi  http://www.dephut.go.id/uploads/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_gedepangrango.htm
sumber materi http://dishut.jabarprov.go.id/
image-photo dari berbagai sumber 

klik disini untuk informasi pengunjung
klik disini untuk Booking Online
klik disini untuk Aksessibilitas
Blog flamboyan68.blogspot.com
Apabila anda ingin mendapatkan artikel terbaru dari blog flamboyan68 lewat pesan email gratis. Silahkan tulis alamat email anda di kotak yang tersedia bawah ini


Supported by Blogaul

Sobat Blogger