Artikel Terbaru

Mengenal KRI Usman Harun Dan Pahlawan Nasional Usman Harun

 photo KRIUsmanHarunF68Docs_zpseea850b2.jpg
KRI Usman Harun (sumber image:naval-technology.com)

Flamboyan68 - TNI Angkatan Laut menambah lagi kekuatan Kapal Perangnya dengan hadirnya tiga kapal baru, salah satunya KRI Usman Harun. Penelusuran yang dilakukan oleh Merdeka.com Kapal ini merupakan jenis  korvet  sebagai kapal patroli laut lepas pantai. Kapal ini dibuat BAE Systems Marine di Inggris. Kapal ini dilengkapi misil MBDA Exocet  Block II anti-ship serta VL MICA anti-air. Misil jenis exocet mampu melesat  hingga 72 km dengan kecepatan  1.134 km per jam. Sementara VL MICA mampu meselat hingga 80 km untuk menjatuhkan serangan pesawat tempur. Meriam Oto Melara 76 mm menjadi kekuatan kapal ini.

Terpasang di bagian dek depan, meriam ini dapat digunakan sebagai pertahanan atas tembakan kapal lawan dan menargetkan serangan udara. Meriam ini mampu menembakan 110 butir amunisi dengan jarak  tembak sejauh 16 km. Perlengkapan sensor dan radar jammer menjadi salah satu kelebihann lainnya  Thales Sensors  Cutlass 242 dan Scorpion radar jammer ini mampu mecegah serangan dari kapal musuh. Sebagai mesin penggerak  empat MAN 20 RK270 dipasang di kedua sisi kapal alhasil mampu membuat kapal ini  melesat dengan kecepatan hingga 30 knot.

Itulah kecanggihan yang di miliki oleh KRI Usman Harun, dan kita merasa bangga dengan kehadiran kapal perang ini, dan menjadi alat sebagai salah satu penjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ulasan selanjutnya adalah siapakah nama Usman Harun ini? yang namanya di jadikan identitas KRI, pada kesempatan ini saya akan kupas secara singkat tentang kedua tokoh ini.  

 photo PhotoPahlawanNasionalUsmanHarunF68Docs_zps2522c446.jpg
Photo Pahlawan Nasional Usman - Harun

Gelar Pahlawan Nasional yang di berikan kepada Kopral KKO Anumerta Harun dan Sersan KKO Anumerta Usman  berdasarkan SK Presiden RI No.050/TK/Tahun 1968, tgl 17 Okt 1968. Keduanya dimakamkan berdampingan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta. Kedua Pahlawan Nasional ini merupakan anggota Korps Komando Angkatan Laut yang sekarang berganti nama menjadi Marinir yang di tangkap di perairan Singapura sewaktu indonesia masih terjadi konflik/konfrontasi dengan malaysia dan singapura.

Konfrontasi ini di latarbelakangi oleh pembentukan Federasi Malaysia di London, Inggris yang  pada waktu itu malaysia dihadiri oleh Perdana Menteri Tengku Abdul Rahman pada tanggal 9 Juli 1963. Dan Pemerintah Indonesia mengganggap pembentukan federasi itu sebagai satu tindakan unilateral yang merugikan dan menyimpang.

Adanya proklamasi Federasi Malaysia ini pemerintah indonesia menilai sebagai perwujudan act of bad faith. Dari kejadian itu maka terjadilah gelombang demonstrasi besar-besaran yang berakhir dengan putusnya hubungan diplomatik antar indonesia dan malaysia. Pasca berakhirnya hubungan diplomatik kedua negara tersebut, terjadilah konfrontasi ini dan terkenal dengan operasi "Dwikora-Dwi Komando Rakyat" yang berujung dengan aksi-aksi militer seperti infiltrasi, operasi intelijen dll.

Salah satu aksi militer pemerintah indonesia yaitu membentuk satuan dengan nama "Sukarelawan Dwikora". Gelora semangat patriotisme yang di hidupkan oleh Presiden Soekarno banyak bermunculan para volunteer dari masyarakat sipil dan tentunya dari para prajurit tentara indonesia. Dari  sekian tentara yang dilibatkan dalam konflik ini salah satunya adalah Kopral KKO Harun ikut serta sebagai sukarelawan dalam dinas militer ituyang bertugas sebagai garda terdepan sebagai jalan pembuka bagi operasi mliter ke daerah musuh. Ia ditempatkan di Pulau Sambu, Kepulauan Riau untuk melakukan serangkaian aksi ke Singapura.

Pada Maret 1965 Kopral KKO Harun mendapat tugas untuk memasuki Singapura bersama dengan Kopral KKO Usman dan Gani bin Arup. Dengan menggunakan perahu karet keduanya berangkat pada tanggal 8 Maret 1965 dengan membawa 12,5 kilogram bahan peledak. Mereka mendapat perintah untuk melakukan sabotase ke target-target penting di kota Singapura dan lokasi target tidak ditentukan dan dilakukan secara acak yang lokasi untuk sabotase ditentukan sendiri.

Tanggal 10 Maret 1965 mereka berhasil meledakkan bangunan Mac Donald House Orchad Road dekat stasiun Dhoby Ghaut yang terletak di pusat kota Singapura. Peristiwa peledakan itu pun menimbulkan kegemparan dan kekacauan bagi masyarakat Singapura. Straits Times merilis bahwa ledakan tersebut 3 orang tewas dan 33 luka parah  dan mampu memecahkan kaca jendela dalam jarak 100 meter dan kenderaan banyak yang mengalami kerusakan. Pemerintah Singapura dalam mencari dan menangkap orang yang meledakkan bangunan tersebut mengerahkan alat-alat keamanannya.

Setelah melakukan aksinya, Harun dan Usman melarikan diri dan dengan susah payah berhasil mencapai daerah pelabuhan, sedangkan Gani bin Arup mencari jalan lain. Sebuah motor boat pun berhasil mereka rampas. Keduanya kemudian berangkat kembali ke Pulau Sambu. Namun sayang di tengah jalan motor boat mengalami kerusakan mesin.

Mereka akhirnya berhasil ditangkap oleh patroli musuh pada 13 Maret 1965. Keduanya dibawa kembali ke Singapura untuk diadili. Pengadilan Singapura menjatuhkan vonis hukuman mati. Pemerintah Indonesia pun melakukan berbagai usaha untuk meminta pengampunan atau keringanan hukuman namun gagal.

 photo PhotokedatanganjenazahUsmanHarun_zpsc9ae689f.jpg
Penyambutan jenazah Usman - Harun di Lap. Terbang Kemayoran

Di penjara Changi, Singapura, kedua prajurit itu menjalani hukuman gantung pada pagi hari tanggal 17 Oktober 1968. Jenazah mereka dibawa ke Indonesia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta. Pemerintah Indonesia memberikan penghargaan bagi keduanya dengan menaikan pangkat masing-masing yaitu Usman alias Janatin bin Haji Muhammad Ali menjadi Sersan Anumerta KKO dan Harun alias Tohir bin Mandar menjadi Kopral Anumerta KKO.

 photo imagesdetikcom_zps315ef967.jpg
Makam Usman - Harun Berdampingan di TMP Kalibata

Dua tahun setelah eksekusi mati terhadap kedua pahlawan itu, Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew melakukan kunjungan ke indonesia. Presiden Soeharto menerima kunjungan PM Lee Kuan Yew setelah syarat kunjungan itu di penuhi oleh PM Lee yaitu mengunjungi makam Pahlawan Nasional Usman _ Harun di TMP Kalibata dan melakukan tabur bunga di kedua makam itu.

 photo LeeKuanYew_zpsb7ec7207.jpg
PM Lee Kuan Yew melakukan tabur bunga di makam Usman - Harun TMP Kalibata

Setelah itu hubungan Pemerintah Indonesia dan Singapura kembali membaik layaknya dua negara sahabat. Dan saat ini Pemerintah Singapura mempermasalahkan terhadap pemberian nama KRI Usman - Harun  karena dapat menimbulkan luka lama pada rakyat Singapura terhadap peristiwa pemboman itu dan indonesia tidak memperdulikan keberatan Singapura karena ini adalah hak dan kewenangan mutlak Pemerintah Indonesia. 

(Dari berbagai sumber)
Blog flamboyan68.blogspot.com
Apabila anda ingin mendapatkan artikel terbaru dari blog flamboyan68 lewat pesan email gratis. Silahkan tulis alamat email anda di kotak yang tersedia bawah ini


Supported by Blogaul

Sobat Blogger