Artikel Terbaru
Showing posts with label history. Show all posts
Showing posts with label history. Show all posts

Mengenal KRI Usman Harun Dan Pahlawan Nasional Usman Harun

 photo KRIUsmanHarunF68Docs_zpseea850b2.jpg
KRI Usman Harun (sumber image:naval-technology.com)

Flamboyan68 - TNI Angkatan Laut menambah lagi kekuatan Kapal Perangnya dengan hadirnya tiga kapal baru, salah satunya KRI Usman Harun. Penelusuran yang dilakukan oleh Merdeka.com Kapal ini merupakan jenis  korvet  sebagai kapal patroli laut lepas pantai. Kapal ini dibuat BAE Systems Marine di Inggris. Kapal ini dilengkapi misil MBDA Exocet  Block II anti-ship serta VL MICA anti-air. Misil jenis exocet mampu melesat  hingga 72 km dengan kecepatan  1.134 km per jam. Sementara VL MICA mampu meselat hingga 80 km untuk menjatuhkan serangan pesawat tempur. Meriam Oto Melara 76 mm menjadi kekuatan kapal ini.

Terpasang di bagian dek depan, meriam ini dapat digunakan sebagai pertahanan atas tembakan kapal lawan dan menargetkan serangan udara. Meriam ini mampu menembakan 110 butir amunisi dengan jarak  tembak sejauh 16 km. Perlengkapan sensor dan radar jammer menjadi salah satu kelebihann lainnya  Thales Sensors  Cutlass 242 dan Scorpion radar jammer ini mampu mecegah serangan dari kapal musuh. Sebagai mesin penggerak  empat MAN 20 RK270 dipasang di kedua sisi kapal alhasil mampu membuat kapal ini  melesat dengan kecepatan hingga 30 knot.

Itulah kecanggihan yang di miliki oleh KRI Usman Harun, dan kita merasa bangga dengan kehadiran kapal perang ini, dan menjadi alat sebagai salah satu penjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ulasan selanjutnya adalah siapakah nama Usman Harun ini? yang namanya di jadikan identitas KRI, pada kesempatan ini saya akan kupas secara singkat tentang kedua tokoh ini.  

 photo PhotoPahlawanNasionalUsmanHarunF68Docs_zps2522c446.jpg
Photo Pahlawan Nasional Usman - Harun

Gelar Pahlawan Nasional yang di berikan kepada Kopral KKO Anumerta Harun dan Sersan KKO Anumerta Usman  berdasarkan SK Presiden RI No.050/TK/Tahun 1968, tgl 17 Okt 1968. Keduanya dimakamkan berdampingan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta. Kedua Pahlawan Nasional ini merupakan anggota Korps Komando Angkatan Laut yang sekarang berganti nama menjadi Marinir yang di tangkap di perairan Singapura sewaktu indonesia masih terjadi konflik/konfrontasi dengan malaysia dan singapura.

Konfrontasi ini di latarbelakangi oleh pembentukan Federasi Malaysia di London, Inggris yang  pada waktu itu malaysia dihadiri oleh Perdana Menteri Tengku Abdul Rahman pada tanggal 9 Juli 1963. Dan Pemerintah Indonesia mengganggap pembentukan federasi itu sebagai satu tindakan unilateral yang merugikan dan menyimpang.

Adanya proklamasi Federasi Malaysia ini pemerintah indonesia menilai sebagai perwujudan act of bad faith. Dari kejadian itu maka terjadilah gelombang demonstrasi besar-besaran yang berakhir dengan putusnya hubungan diplomatik antar indonesia dan malaysia. Pasca berakhirnya hubungan diplomatik kedua negara tersebut, terjadilah konfrontasi ini dan terkenal dengan operasi "Dwikora-Dwi Komando Rakyat" yang berujung dengan aksi-aksi militer seperti infiltrasi, operasi intelijen dll.

Salah satu aksi militer pemerintah indonesia yaitu membentuk satuan dengan nama "Sukarelawan Dwikora". Gelora semangat patriotisme yang di hidupkan oleh Presiden Soekarno banyak bermunculan para volunteer dari masyarakat sipil dan tentunya dari para prajurit tentara indonesia. Dari  sekian tentara yang dilibatkan dalam konflik ini salah satunya adalah Kopral KKO Harun ikut serta sebagai sukarelawan dalam dinas militer ituyang bertugas sebagai garda terdepan sebagai jalan pembuka bagi operasi mliter ke daerah musuh. Ia ditempatkan di Pulau Sambu, Kepulauan Riau untuk melakukan serangkaian aksi ke Singapura.

Pada Maret 1965 Kopral KKO Harun mendapat tugas untuk memasuki Singapura bersama dengan Kopral KKO Usman dan Gani bin Arup. Dengan menggunakan perahu karet keduanya berangkat pada tanggal 8 Maret 1965 dengan membawa 12,5 kilogram bahan peledak. Mereka mendapat perintah untuk melakukan sabotase ke target-target penting di kota Singapura dan lokasi target tidak ditentukan dan dilakukan secara acak yang lokasi untuk sabotase ditentukan sendiri.

Tanggal 10 Maret 1965 mereka berhasil meledakkan bangunan Mac Donald House Orchad Road dekat stasiun Dhoby Ghaut yang terletak di pusat kota Singapura. Peristiwa peledakan itu pun menimbulkan kegemparan dan kekacauan bagi masyarakat Singapura. Straits Times merilis bahwa ledakan tersebut 3 orang tewas dan 33 luka parah  dan mampu memecahkan kaca jendela dalam jarak 100 meter dan kenderaan banyak yang mengalami kerusakan. Pemerintah Singapura dalam mencari dan menangkap orang yang meledakkan bangunan tersebut mengerahkan alat-alat keamanannya.

Setelah melakukan aksinya, Harun dan Usman melarikan diri dan dengan susah payah berhasil mencapai daerah pelabuhan, sedangkan Gani bin Arup mencari jalan lain. Sebuah motor boat pun berhasil mereka rampas. Keduanya kemudian berangkat kembali ke Pulau Sambu. Namun sayang di tengah jalan motor boat mengalami kerusakan mesin.

Mereka akhirnya berhasil ditangkap oleh patroli musuh pada 13 Maret 1965. Keduanya dibawa kembali ke Singapura untuk diadili. Pengadilan Singapura menjatuhkan vonis hukuman mati. Pemerintah Indonesia pun melakukan berbagai usaha untuk meminta pengampunan atau keringanan hukuman namun gagal.

 photo PhotokedatanganjenazahUsmanHarun_zpsc9ae689f.jpg
Penyambutan jenazah Usman - Harun di Lap. Terbang Kemayoran

Di penjara Changi, Singapura, kedua prajurit itu menjalani hukuman gantung pada pagi hari tanggal 17 Oktober 1968. Jenazah mereka dibawa ke Indonesia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta. Pemerintah Indonesia memberikan penghargaan bagi keduanya dengan menaikan pangkat masing-masing yaitu Usman alias Janatin bin Haji Muhammad Ali menjadi Sersan Anumerta KKO dan Harun alias Tohir bin Mandar menjadi Kopral Anumerta KKO.

 photo imagesdetikcom_zps315ef967.jpg
Makam Usman - Harun Berdampingan di TMP Kalibata

Dua tahun setelah eksekusi mati terhadap kedua pahlawan itu, Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew melakukan kunjungan ke indonesia. Presiden Soeharto menerima kunjungan PM Lee Kuan Yew setelah syarat kunjungan itu di penuhi oleh PM Lee yaitu mengunjungi makam Pahlawan Nasional Usman _ Harun di TMP Kalibata dan melakukan tabur bunga di kedua makam itu.

 photo LeeKuanYew_zpsb7ec7207.jpg
PM Lee Kuan Yew melakukan tabur bunga di makam Usman - Harun TMP Kalibata

Setelah itu hubungan Pemerintah Indonesia dan Singapura kembali membaik layaknya dua negara sahabat. Dan saat ini Pemerintah Singapura mempermasalahkan terhadap pemberian nama KRI Usman - Harun  karena dapat menimbulkan luka lama pada rakyat Singapura terhadap peristiwa pemboman itu dan indonesia tidak memperdulikan keberatan Singapura karena ini adalah hak dan kewenangan mutlak Pemerintah Indonesia. 

(Dari berbagai sumber)

Masa Perjuangan Kemerdekaan Di Sukabumi



Masa Pendudukan Jepang


Pendudukan Jepang di Sukabumi di mulai dengan  pendaratan di Banten dan Eretan. Dari arah Banten,  pada hari Jum’at  tentara Jepang memasuki Kota Sukabumi. Mereka membombardir Kota Sukabumi dari Cibadak dalam waktu yang begitu cepat, Jepang berhasil  menguasai Sukabumi karena mendapat bantuan dari K. H. Ahmad Sanusi yang memerintahkan anggota AII dan BII  untuk menunjukkan pusat-pusat pertahanan Hindia Belanda di Sukabumi. Dengan menerapkan strategi menyerang dari arah belakang, satu per satu pusat pertahanan Hindia Belanda dapat dikuasai oleh Jepang.

Seorang pegawai kantor pos bernama Sutan Iskandar pada waktu akhir masa Hinda Belanda mendeskripsikan cerita menarik tentang masuknya tentara Jepang ke  Sukabumi. Di kantor pos semua orang Belanda hilang, apakah ditangkap atau melarikan diri. Jadilah Sutan Iskandar sebagai pemimpin PTT de fakto di Sukabumi. Sukabumi katanya adalah kota yang tenang. Malahan bendera merah putih telah berkibar setelah Belanda menyerah ke Jepang.   Namun di suatu minggu, terjadi kerusuhan dan penggarongan yang dilakukan oleh orang –orang tertentu. Kekacauan berlangsung selama 3 hari, kemudian datanglah tentara Jepang dengan berbagai peralatan militernya. Kota Sukabumi dalam waktu relatif singkat menjadi aman, akan tetapi kini semua kantor kantor pemerintah dibawah orang Jepang. http://dryuliskandar.wordpress.com/2011/07/05/awal-zaman-jepang/). 

Pada masa pendudukan Jepang telah dilakukan mobilisasi rakyat Indonesia,  asukan pendudukan Jepang membentuk organisasi Gerakan Tiga A yang dijiwai oleh semboyan Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia, dan Jepang Pemimpin Asia pada 29 April 1942. Tujuannya  adalah sebagai upaya menanamkan tekad penduduk agar berdiri sepenuhnya di belakang pemerintah militer Jepang. Untuk mencapai tujuannya itu, Gerakan Tiga A kemudian menerbitkan surat kabar Asia Raja. Gerakan ini dipimpin oleh Mr. Sjamsudin, Ketua  Muda Partai Indonesia Raya (Parindra) yang pernah memegang jabatan sebagai wakil wali kota Sukabumi pada masa penjajahan Belanda . Sjamsudin ini anak Penghulu Sukabumi, R. Achmad Djuwaeni. Dalam  menghadapi berbagai persoalan keagamaan dan nasionalisme, ia berseberangan dengan ayahnya. Dalam masalah ini, ia justru sepaham dengan K. H. Ahmad Sanusi dan memutusan untuk menjadi anggota AII yang pada waktu itu sangat dominan di Sukabumi.


Pada masa pendudukan Jepang orang Indonesia mendapatkan kesempatan menjadi Walikota. Yang menjabat mula-mula Raden Rangga Adiwikarta, kemudian Raden Abas Wilagosomantri. Keduanya menjabat dalam hitungan bulan saja. Yang menjadi Walikota kemudian adalah Raden  Syamsudin 1942 hingga 1945.  Pada masa kemerdekaan Raden  Syamsudin menjabat juga menjadi walikota pertama zaman Republik. Pendudukan Jepang di Sukabumi juga meninggalkan catatan kelam. Di antaranya adalah penculikan sejumlah perempuan untuk dijadikan jugun lanfu (pelayan seksual tentara Jepang).  Anna Mariana dalam tulisannya Tiada Rotan Akar pun Jadi: Kisah Gedung Inspektorat Sukabumi (dalam http://etnohistori.org/tak-ada-rotan-akar-pun-jadi-kisah-gedung-inspektorat-sukabumi.html ) ditulis pada Juli 2011. 

Dalam paparannya Anna menyebutkan tentara Jepang mengambil sebuah rumah orang Belanda (yang mungkin bernama Kipers) untuk dijadikan rumah bordil.  Para perempuan direkrut secara paksa dan bukan hanya mengalami perkosaan tetapi juga penyiksaan.  Terdapat ratusan perempuan di Sukabumi dan sekitarnya menjadi korban perbudakan seksual.  Kekuatan tulisan dari Anna Mariana ini ialah pada oral history atau keasaksian para pelaku yang mengalami masa itu.

Kondisi Sukabumi  Tahun 1945-1946: 
Di Jawa Barat, BKR tidak hanya dibentuk di tingkat propinsi saja melainkan juga dibentuk di tiap-tiap kabupaten bahkan sampai di tingkat kecamatan. Di Sukabumi, proses pembentukan BKR tidak dapat dilepaskan dari peranan K. H. Ahmad Sanusi. Dengan mempergunakan Pesantren Gunung Puyuh, pada akhir bulan Agustus 1945. Ajengan Sanusi beserta dengan para tokoh masyarakat lainnya memutuskan untuk membentuk BKR di Sukabumi.
Pada 27 Agustus 1945, KNID  Keresidenan Bogor berhasil dibentuk dengan ketuanya dijabat oleh R. S. Suriadiredja. Tidak lama kemudian, K. H.Ahmad Sanusi beserta segenap tokoh masyarakat Sukabumi lainnya membentuk KNID setempat. Dr. Abu Hanifah kemudian ditunjuk oleh mereka sebagai Ketua KNID Kotapraja Sukabumi (Tjahaja, 4 September 1945)

Proses pengambilalihan kekuasaan di Sukabumi tidak selancar yang diharapkan. K. H. Acun Basyuni dan Dr. Abu Hanifah memastikan bahwa baik Bupati Sukabumi tidak bersedia menyerahkan kekuasaannya.  Mr.Sjamsudin dan Mr. Harun masing-masing sebagai Walikota dan Bupati Sukabumi.
Pada Senin, 1 Oktober 1945 ribuan rakyat Sukabumi membanjiri Gedung Societet Soekamanan yang kemudian menjadi Gedung Juang 45 dan Kantor  KNID/BKR. K.Acun Bacuni menjadi Kepala BKR.  Bendera  Merah Putih kemudian dikibarkan  di seluruh jawatan dan instansidi Kota dan Kabupaten.  Sejumlah bangunan dan pabrik diambil alih. Di antaranya Pabrik Mesin PT. Indonesia Sukabumi.

Pabrik ini di zaman Belanda merupakan pabrik mesin berat untuk kepentingan para onderneming.  Setelah Proklamasi Kemerdekaan, pabrik ini diberi nama RI  Salamat.  Setelah terbentuknya TKR, pabrik mesin tersebut dirubah menjadi pabrik senjata, dipimpin oleh Kapten Saleh Norman dan Rd, O. Atmadja sebagai Kepala pabrik. Senjata yang diproduksi antara lain granat tangan, senapan mesin ringan, sten gun hingga meriam berat,
Pada 2 Oktober 1945 perjuangan dilanjutkan dengan perebutan kekuasaan di daerah sekitar Sukabumi seperti Jampang Tengah, Jampang Kulon, Pelabuhan Ratu. Perebutan kekuasaan ini diikuti oleh perebutan senjata. Sejumlah pabrik yang direbut antara lain pabrik Kina di Tegal Panjang, Pabrik Teh Goal Para.


Di tengah-tengah kesibukannya sebagai anggota KNIP, K. H. Ahmad Sanusi berupaya mempersiapkan para  santrinya dan masyarakat umum untuk mempertahankan kemerdekaan. Untuk menunjang itu, Barisan Islam  Indonesia (BII), yang didirikan oleh K. H. Ahmad Sanusi tahun 1937, dijadikan sebagai laskar perjuangan.

Dalam perjuangan kemerdekaan, Sukabumi mencatat suatu peristiwa heroik pada pertempuran di kawasan Bojongkokosan pada  9 dan 10 Desember 1945. Dalam pertempuran ini terlibat tidak  hanya TKR tetapi juga berbagai elemen laskar perjuangan. Di antara laskar itu adalah Barisan Hisbullah, Barisan Sabilillah,  Barisan Banteng, Barisan Pesindo hingga Laskar Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi. Pasukan-pasukan mencegat konvoi sekutu yang hendak memasuki Sukabumi dan dicurigai membawa unsur-unsur NICA yang maksud tersembunyi mengambil alih pemerintahan RI. Dalam pertempuran itu sejumlah kendaraan sekutu dihancurkan atau rusak. Sekalipun pasukan sekutu akhirnya bisa memasuki Sukabumi, namun ditaksir sekitar 50 tentara mereka terbunuh dan puluhan lain luka-luka.

Sekutu akhirnya melakukan perundingan pemerintahan Sukabumi. Perundingan dilakukan di rumah Mr. Samsudin dan dihadiri oleh Dr. Abu Hanifah, Mr.Harub Bupati Sukabumi, pihak TKR diwakili oleh Letnan Kolonel Eddie Soekardi (dalam litreratur lain kerap disebut Edi Sukardi) dan Mayor Omar Abdurrahman Komandan Batalion IV TKR.  Pihak sekutu sendiri mengutus Mayor Erwin Singh dari markas Briagde Inggris di Bogor dan Sukabumi.
Korban pertempuran Bojongkokosan dan pemboman di Cibadak di pihak Republik dirawat di rumah sakit Sekarwangi dan Rumah Sakit Santa Lidwina Sukabumi. R. Abu Hanafah Kepala Rumah Sakit Santa lidwina mendirikan organisasi Palang Merah dibantu dr. Tjong Nyan Han. Dapur juga difungsikan untuk logistik makanan didirikan di bawah pimpinan Ny. Hadi Atmojo.


Fakta yang menarik patut dicatat ialah terlibatnya dua orang bekas tentara Jepang melatih perang para pemuda di Hotel Warna Sari. Dua orang Jepang ini tidak mau pulang ke negrinya dan mereka masuk Islam mengganti namanya menjadi Karta dan Soma.
Tak banyak catatan yang saya dapat mengenai pertempuran setelah peristiwa Bojongkokosan. Di antara yang saya dapat Harian Kedaulatan Rakjat pada 15 Maret 1946 menulis:
Chabar terachir tentang keadaan di Soekaboemi menjatakan padab tgl 12-3 pesawat2 terbang Inggris menembaki Soekaboemi dari atas.  Pasoekan-pasoekan mereka datang dari Bogor masih tertahan di loear kota Soekaboemi.
Atas perintah Pemeirntah Poesat kita, maka pada tgl. 13-3 poekoel 23.00 pertempoeran dihentikan oleh pihak kita. Sampai pagi keesokan harinja pasoekan2 Indonesia tidak melepas tembakan2 lagi. Tetapi meskipoen demikian tadi pagi poekoel 11.00 pesawat2 terbang Inggris menembaki dan membom desa Waroengkandang dengan bom2 pembakar.  Serangan ini oleh pihak Indonesia tidak dibalas karena mengingat disiplin.

Dalam berita itu juga disebutkan tentara Inggris juga mengirim bala bantuan dari jurusan Cicurug yang terdiri dari 3 tank, 15 truk sedang, 4 truk besar, sebuah panser dan 4 meriam. Karena perinath penghentian pertempuran masih berlaku bala bantuan ini tidak diganggu tentara Indonesia.  Namun hingga Maret 1946 disebutkan Inggris sudah kehilangan tiga buah tank hancur, sekitar 30 truk mengalami kerusakan. Sedang korban jiwa belum diketahui.

Sebuah referensi lain menyebutkan pada  13 Maret 1946, Komandan Divisi ke-23 Tentara Inggris di Bandung  memerintahkan Brigadier N.D.Wingrove untuk membantu kelancaran jalannya konvoy dari Sukabumi menuju Bandung dengan kekuatan pasukan Brigade I, yang terdiri dari 2 Kompi Pasukan Zeni tempur, disertai dengan satuan-satuan pengawalnya.
Sepanjang rute perjalanan menuju Bandung pertempuran terus berkecamuk di sekitar Cisokan, Citarum dan Purabaya. Asrama-asrama pasukan kita ditembaki dengan meriam. Di daerah Padalarang musuh mengadakan pembersihan sampai jauh sekelilingnya. Beberapa perwira TRI tertawan antara lain Mayor Sidik Brotoatmojo. Kepala Staf Resimen 9.

Serangan malam hari terhadap Tentara Sekutu di kota Sukabumi (11 dan 12 Maret 1946)  yang dilakukan pasukan Indonesia  telah menimbulkan korban pada hari pertama, tewas 2 orang opsir Inggris dan 26 serdadu India. Pada hari kedua tewas 3 orang opsir Inggris, 1 orang opsir India dan 37 orang serdadu India (Djuju Amidjaja dalam Pertempuran Convoy Bojong Kokosan 1945-1946 dalam (http://pertempurandijawabarat.blogspot.com/)

Data yang juga menarik adalah kesaksian  KH.  Sholeh Iskandar (pimpinan pasukan santri)  seperti  yang ditulis oleh blogger http://azies-site.blogspot.com/2012/01/kh-sholeh-iskandar-peranan-pondok.html (penulis mengutip Al-Muslimun- Halaman:267 (Edisi: 39 Zulhijjah 1412 H/ Juni 1992) yang melukiskan pertempuran di bawah pimpinan KH Jamsari dengan tentara sekutu di Sindangbarang (Bogor) menyebabkan gugurnya 26 syuhadah  (waktunya tidak disebut tetapi saya perkirakan pada 1946) dan pertempuran tentara atau sekutu atu Belanda dengan pasukan Hizbullan di Babakan, Parung, Ciseeng, menyebabkan ustad M Muchtar, Kompi Komandan Iyon Hizbullah pimpinan Effendi gugur sebagai syuhadah, terjadi tanggal 13 Juni 1946.

Front Sukabumi di Bawah AE Kawilarang

Dalam buku yang ditulis Ramadhan KH AE Kwilarang: Untuk Sang Merah Putih memang disebutkan bahwa pada Agustus 1946 Kawilarang diangkat sebagai komandan Brigade Dua (Divisi Siliwangi)  yang meliputi wilayah tugas Bogor-Sukabumi-Cianjur dengan pangkat Letkol.  Dia menggantikan Letkol Edi Sukardi yang dipindahkan ke Tasikmalaya.  Kawilarang bukan saja menghadapi persoalan menghadapi tentara Belanda, tetapi juga mengatur laskar-laskar yang ada di wilayahnya.

Dalam buku itu diungkapkan di wilayah Sukabumi pada waktu itu ikut beroperasi apa yang disebut  Laskar Rakjat Djakarta Raja (LRDR). Apa yang menjadi tuga smereka di Sukabumi menjadi tanda tanya. Yang jelas menurut penuturan Kawilarang mereka tidak disiplin dan tidak pernah membantu garis depan.  Mereka melepas tembakan dengan semau-maunya dan sering tidak membayar atau mengganggu toko dan restoran.
Sesudah berapa kali memberikan peringatan kepada komandannya yang rupanya tidak dapat mengatur anak buahnya, pada Agustus  1946 itu juga Kawilarang  dan Kepala Stafnya Mayor Akil memutuskan mengambil tindakan.  Sekitar 200 anggota LRDR ditangkap dalam dua jam dan ditahan selama dua hari.  Mereka kemudian diperintahkan kembali ke Jakarta atau bergabung dengan kawan-kawan mereka di Karawang. Kawilarang juga menangkap anggota tentara yang tidak disiplin terutama yang suka menganggu toko-toko milik orang Tionghoa dan suka bertindak diluar aturan yang sudah digariskan. Akhir September 1946 Brigade Dua berhasil membuat wilayah Sukabumi aman.
Brigade Dua Siliwangi membawahi lima batalion. Batalion 6 eks Resimen Tangerang di Sukanagara menghadapi musuh di Cibeber dan Cianjur di abwah pimpinan Mayor Kusno Utomo, Batalyon 7  di daearh Sukabumi menghadapi musuh yang ada di gekbrong dipimpin Kapten R.A.Kosasih, Batalyon 8 di Bogor dipimpin Mayor Ibrahim Adjie. Batalyon 9 di pimpin Kapten effendi , serta Batalion 10 dipimpin Kapten H. Dasuki Bakri  mengahdapi Belanda di sekitar Rumping, Ciampea, Kracak dan Gunung Menyan.

Dalam menghadapi Belanda sewaktu Agresi pertama Kawilarang tidak saja hanya memikirkan pertempuran, tetapi juga logistik. Sekalin wilayah sukabimi mempunyai Perkebunan Teh dan Karet yang kaya , wilayah itu sebetulnya minus beras.  Untuk mencari beras harus ke wilayah Cianjur dan Pagadegan.
Kami mesti  mencari beras. Kami dapatkan jalannya melalui orang Tionghoa bernama Oey Ek Koey. Bagian perlengkapan di bawah pimpinan Kapten Louis Yahya mengaturnya. Oey Ek Koey mengangkut hasil perkebunan ke Jakarta dan menjualnya. Kami ketahui ia harus kongkongklingkong denagn orang Belanda di Jakarta.  DEia menyuap basis komando Belanda sebesar F 10.000 untuk tiap kali pengangkutan beras ke Sukabumi.

Pertempuran besar di wilayah Sukabumi terjadi pada waktu Agresi I   21 Juli 1947. Tentara Belanda lengkap dengan persenjataan lebih modern masuk dari arah timur melalui jalan raya dan jalan-jalan kecil di dalam kota Sukabumi pada hari itu sore harinya.  Pertempuran terjadi di batas kota yang pada malam harinya Sukabumi jatuh ke tangan Belanda.
Bupati M. Suardi dan para stafnya mengungsi ke daerah Nyalindung. Walikota Sukabumi dan dr. Abu Hanifah ditangkap pasukan Belanda dan dibawa ke Jakarta. Belanda mengangkat Hilman Jayadiningrat sebagai Bupati NICA Sukabumi. Kepala Kepolisian Sukabumi Bidin Suryagunawan dan pejabat kepolisian Bogor Sumbada bersama sebagian polisi kota menggabungkan diri dengan TNI membentuk markasnya di Nyalindung di bawah pimpinan Kolonel Kawilarang.

Namun seperti yang ditulis dalam  buku AE Kawilarang  untuk Sang Merah Putih hingga beberapa  hari sesudah Agresi Belanda sejumlah wilayah masih 100% dikuasai pihak Republik. Secara de facto pasukan Kawilarang mengusai sebelah tenggara dari garis Cibeber, Lampegan (Cianjur) Jembatan Cireunghas, Jembatan Leuwiliang  dan Jembatan Padabenghar  (Sukabumi). Sebagian daripada pasukan Batalyon 7 tetap berada di Gunung Gajah di selatan Cisaat, sebelah utara Cisaat-Cibadak.  Patroli Belanda takut melintasi jalan-jalan di daerah de facto.

Dalam buku itu banyak fakta yang menarik betapa adaptasinya tentara Republik,  misalnya untuk mobilisasi sebuah Sedan Ford 1929 dimodifikasi bagian belakangnya hingga menjadi sebuah truk kecil yang dapat mengangkut 20 orang.  Untuk bahan bakarnya digunakan bensin karet. Setelah perjanjian Renville 17 Januari 1948  tentara Siliwangi sesuai perintah Kolonel A.H. Nasution sebagai panglima meninggalkan kantong-kantong di Jawa Barat untuk Hijrah ke Yogyakarta.

Masa Perjuangan Sukabumi Tahun 1949

Tidak terlalu banyak sumber saya dapatkan mengenai situasi Sukabumi periode 1948-1949. Saya menemukan sebuah artikel menarik berjudul Years of living dangerously: The Memoirs of Princen (Part One) yang dimuat dalam Inside Indonesia, 1992 memberikan beberapa informasi tentang kiprah mantan tentara Belanda yang membelot memihak Republik ini.

Dalam artikel itu disebutkan pria bernama Haji Johannes Cornelius Princen ini dilahirkan di The Hague, Belanda pada 1925. Ayahnya Arnoldus Petrus Paulus Princen adalah guru menggambar dan ibunya bernama Theresa Maria Anna kerap menulis sajak.  Sejak masa anak-anak dan remaja kecintaan terhadap hak asasi manusia tertanam. Ibunya pernah menulis puisi yang memprotes intervensi Italia (di bawah Mussolini) ke Albania dan Etophia.
“Kita harus menjadi kekuatan merdeka melawan serangan fasisme”.  Demikian tulis sang Ibu. Pengalaman engeri Belanda ketika diduduki Jerman membentuk ideologi anti penjajahan pada diri Princen. Dia pernah dimasukan ke dalam kamp konsentrasi di Belanda oleh Jerman. Ketika dia menjadi tentara Belanda dengan pangkat Kopral dikirim ke Indonesia, hati nuraninya pun bergolak: Apa bedanya Belanda meyerang Indonesia dengan Jerman menyerang Belanda?

Pada 26 September 1948 berbagai kebrutalan yang dilakukan tentaranya membuatnya muak dan Princen meninggalkan KNIL di Jakarta menyeberangi garis demarkasi dan bergabung dengan pihak lawan yakni Tentara Nasional Indonesia di sekitar Semarang.  Ketika tentara Belanda menyerang Yogyakarta, Princen bergabung dengan tentara Siliwangi dan ikut Lonchmarch ke Jawa Barat.

Diceritakan Princen ke Sukabumi yang masih diduduki tentara Belanda dan sempat bersembunyi di rumah Aoh K. Hamidjaya, seorang kawannya. Kemudian bergabung dalam sebuah unit TNI yang pernah bersama dia waktu longmarch.  Unit ini menyerang sebuah pabrik tekstil di Sawalega, Cisaat, Sukabumi yang dijaga 30 tentara Belanda pada Maret 1949. Dengan hanya membawa tujuh orang, pasukan ini berhasil merampas sejumlah senjata mauser mereka dan memuatnya ke truk lalu pergi ke Gunung Gede.

Menurut memoar tersebut unit Princen terlibat pertempuran di Salabintana dan menyerang sebuah pos polisi di Sukaraja dan merebut 30 pucuk senjata. Unit ini juga terlibat kontak senjata di stasiun Gandasoli dengan polisi belanda yang datang dengan sebuah kereta api.  Seorang polisi Belanda tewas dan sebuah senjata dirampas.
Tentara Belanda sangat marah pada Princen. Diam-diam pada 8 Agustus 1949  Pasukan Istimewa Belanda dengan pimpinan Letnan Henk Ulric dengan tipu muslihat menyamar sebagai tentara TNI  memburu  unit Princen di Perkebunan teh Gunung Rosa.  Penyergapan gagal, namun istri Princen bernama Odah yang sedang hamil terbunuh.

Pada akhirnya dalam sidang Dewan PBB tanggal 1 Agustus 1949 dikeluarkan satu seruan kepada kedua belah pihak yang sedang bermusuhan (Indonesia – Belanda) untuk segera menghentikan tembak-menembak; menyelesaikan pertikaiannya dengan cara perwasitan (arbitrase) atau dengan cara-cara damai yang lain dan melaporkan tantang hasil-hasil penyelesaian itu kepada Dewan Keamanan. Demikianlah  pada  4 Agustus 1949 kedua belah pihak mengumumkan berlakunya gencatan senjata.

Sekian dulu postingan kali semoga bermanfaat dan sampai jumpa diartikel selanjutnya. Ass.wr.wb..


(Sumber:http://sejarah.kompasiana.com/2012/07/02/sejarah-kota-dan-kabupaten-sukabumi-2-api-dan-darah-di-antara-kebun-pendudukan-jepang-dan-perang-kemerdekaan-1942-1949-468701.html)



Bangunan Bersejarah Peninggalan Nazi Jerman




Pada saat NAZI Jerman berkuasa banyak sekali bangunan besar dan megah berdiri. Masa rezim NAZI dibawah komando Adolf Hitler selalu membangun bangunan yang megah  dan besar dengan dilengkapi sarana dan prasarana yang medukung khususnya untuk kegiatan militer. Setiap gedung dirancang dengan sistem pertahanan khusus apabila diserang oleh negara lain, dan cukup beralasan karena jerman merupakan agresor yang yang mumpuni pada masa itu. Sebelum melihat bangunannya berikut ini adalah profil dari arsitek kebanggaan Adolf Hitler:

Konrad Hermann Albert Speer

Konrad Hermann Albert Speer (19 Maret 1905 – 1 September 1981) adalah seorang arsitek Jerman dan perwira Nazi, arsitek utama Adolf Hitler (1933–1945) dan menteri persenjataan (1942–1945). Ia adalah salah satu terdakwa dalam Peradilan Nuernberg.

Ia belajar teknik arsitektur di Universitas Karlsruhe, München dan Institut Teknologi Berlin dan lulus ujian pada tahun 1927 lalu menjadi asisten Heinrich Tessenow. Ia menghadiri pidato Partai Nazi pada tahun 1930 di balai bir Berlin dan bergabung dengan partai itu pada bulan Januari 1931.

Ia dijatuhi hukuman 20 tahun penjara di Pengadilan Nürnberg, menghabiskan waktu-waktunya di penjara Spandau. Setelah bebas pada tahun 1966, ia menulis beberapa buku, yaitu : Erinnerungen (1969), Spandauer Tagebücher (1975), Der Sklavenstaat (1981)
Foto-foto dibawah ini adalah peninggalan jaman Nazi, dan masih ada sampai sekarang

  •  Reichstag, German. Jaman Nazi


Reichstag, German. Kondisi Sekarang

Gedung Reichstag dipakai untuk keperluan propaganda dan ketika Perang Dunia II berkecamuk untuk keperluan militer. Gedung ini juga dipertimbangkan untuk dirubah menjadi sebuah “Menara Flak” (tempat menaruh senjata anti udara dan tempat perlindungan), karena bentuknya yang cukup simetris. Tetapi setelah ditimbang dikatakan tidak cocok.

Gedung ini lalu juga tambah rusak karena serangan udara. Sewaktu Pertempuran Berlin pada 1945, gedung ini menjadi target utama Tentara Merah, meski alasannya kurang jelas. Sebab Reichstag tidak memiliki peran politik, militer atau strategis lagi. Sejatinya, kaum Nazi menelantarkan gedung ini. Foto termasyhur seorang prajurit Tentara Merah Uni Soviet yang mengibarkan bendera Palu-Arit di atap gedung ini, diambil pada 2 Mei 1945, beberapa hari setelah pasukan Tentara Merah merebut gedung ini.

  • Zeppelintribune, Nuremberg. Jaman Nazi


Zeppelintribune, Nuremberg Kondisi Sekarang


Lapangan parade di Nuremberg tempat pawai NAZI berlangsung. Tempat ini adalah tempat yang di pakai untuk pembuatan film propaganda NAZI yang berjudul “Triumph of the Will”.

  • Brandenburg Gate, German. Jaman Nazi


Brandenburg Gate, German. Kondisi Sekarang

Salah satu yang sempat dibuat sebelum pecahnya perang dunia II adalah gerbang Brandenburg yang merupakan poros timur-barat kota Berlin.

  • Berlin Olympia Stadion, German. Jaman Nazi



Berlin Olympia Stadion, German. Jaman Sekarang

Tahap pertama dalam rancangan Albert Speer untuk membangun ulang kota Berlin adalah Stadion Olimpiade untuk Olimpiade musim panas 1936 yang dibuat oleh Werner March.

  • NAZI Germany Pavilion, France (sudah tidak ada sekarang)



Germany Pavilion

Paviliun Jerman dalam pameran Internasional di Paris tahun 1937 adalah salah satu maha karya dari Albert Speer. Paviliun tersebut letaknya berseberangan dengan paviliun Uni Soviet. Speer merancang paviliun Jerman dengan bentuk yang sangat megah sebagai kampanye melawan komunisme.

  • Volkshalle, German (Batal karena Perang Dunia II)


Volkshalle atau balai rakyat, yakni sebuah bangunan berkubah seperti Basilika Santo Petrus di Roma. Kubah bangunan tersebut sangat besar dengan tinggi 200m dan diameter sekitar 300m. Akan tetapi bangunan ini gagal dibuat karena pecahnya perang dunia II.


Rancangan Kota Impian Hitler


Rancangan Kota dalam gambar di atas itu adalah kota impian Adolf Hitler, karena dalam perencanaannya terdapat Teori Nilai Runtuh yang akan meninggalkan bentuk reruntuhan yang estetis dalam jangka ribuan tahun ke depan. Reruntuhan tersebut akan menjadi pengakuan kebesaran Dritte Reich atau kerajaan ketiga pimpinan Hitler, seperti halnya simbol kebesaran Yunani dan Romawi yang dilihat dari reruntuhan bangunannya. Sungguh luar biasa!


Sumber : wikipedia dan berbagai sumber



Pertempuran Lembah Dien Bien Phu Vietnam


Pertempuran Dien Bien Phu merupakan pertempuran terakhir dalam Perang Indochina  antara Prancis dan Revolusioner Vietnam/Viet Minh.

Pertempuran ini terjadi antara Maret dan Mei 1954, dan berakhir dengan kekalahan Militer Prancis secara besar-besaran dan memalukan yang akhirnya menyudahi peperangan itu (Kekalahan memalukan ini kemudian dialami oleh Amerika Serikat pada Babak selanjutnya dalam Perang Vietnam yang berkepanjangan).

Pasukan Infanteri Viet Minh mengibarkan bendera kemenangan di DBP

Hasil dari serangkaian kekeliruan dalam proses pengambilan keputusan Prancis ialah bahwa Prancis berusaha menciptakan sebuah basis pemasokan lewat udara di Dien Bien Phu, jauh di daerah perbukitan Vietnam. Tujuannya adalah untuk memotong jalur pasokan Viet Minh ke Laos. Sebaliknya, Viet Minh di bawah Jenderal Vo Nguyen Giap, sanggup mengitari dan mengepung Prancis. Pecahlah pertarungan sengit di darat. Viet Minh menduduki daerah perbukitan di sekitar Dien Bien Phu, dan mampu menembak ke bawah secara akurat ke posisi-posisi Prancis. Pasukan Prancis berulang-ulang membalas serangan-serangan Viet Min di posisi-posisi mereka, dengan sesekali menerjunkan pasukan-pasukan tambahan. Namun pada akhirnya Viet Minh berhasil merebut basis pertahanan Prancis dan memaksa Prancis menyerah.

Setelah pertempuran ini, perang berakhir dengan persetujuan Jenewa 1954. Persetujuan ini membagi Vietnam menjadi Utara yang komunis dan Selatan yang demokratis. Namun demikian perdamaian yang singkat itu segera berantakan. Pertempuran pecah kembali pada 1957 dengan Perang Vietnam (Perang Indochina Kedua). Pasukan Para Prancis, kesatuan elite yang dipermalukan Vietnam di Dien Bien Phu.
 
Henri Navarre Pemimpin Pasukan Prancis
Pada tahun 1953, Prancis keteteran dalam Perang Indochina Pertama. Serangkaian panglima perang (Thierry d'Argenlieu, Jean de Lattre de Tassigny, dan Raoul Salan) terbukti tidak mampu menekan pemberontakan Viet Minh.

Dalam pertempuran-pertempuran mereka pada 1952-1953, Viet Minh telah mengalahkan kekuatan koloni Prancis di Laos, tetangga Vietnam di sebelah barat. Prancis terbukti tidak mampu menahan lajunya Viet Minh, yang segera mundur apabila kehabisan dukungan pasokan mereka yang gigih.

Pada 1953, Prancis telah mulai memperkuat pertahanan mereka di daerah delta Hanoi dan mulai mempersiapkan serangkaian serangan terhadap basis-basis Viet Minh di Vietnam barat laut. Mereka pun telah membangun sejumlah kota benteng dan pos-pos luas di wilayah itu, termasuk Lai-Chau dekat perbatasan Tiongkok di utara, Na Sanh di barat Hanoi, dan Luang-Prabang dan Plaine des Jarres di Laos utara.

Musim semi itu, Jenderal Vo Nguyen Giap dari Viet Minh melancarkan sebuah serangan besar-besaran terhadap Nan Sanh. Setelah pertempuran sengit beberapa hari, kekuatan Viet Minh kalah, sehingga menimbulkan 1.544 orang korban di pangkalan dan 1.932 lainnya luka-luka. Vo menarik mundur sebagian besar kekuatannya. Pada Mei 1953, Perdana Menteri Prancis Rene Mayer menunjuk Henri Navarre, seorang kolega kepercayaannya, untuk mengambil alih pimpinan pasukan Prancis di Indochina. Mayer memberikan satu perintah kepada Navarre - untuk menciptakan kondisi-kondisi militer yang akan membawa Prancis kepada suatu 'pemecahan politis yang terhormat'. (Davidson, 165)

Beda Nan Sanh Beda Lagi Dien Bien Phu

Nan Sanh adalah sebuah eksperimen awal yang berhasil dalam menggunakan pertahanan landak, yang meyakinkan Navarre tentang kemungkinan digunakannya konsep pertahanan jalur udara. Pada dasarnya ini adalah sebuah benteng yang dipasok hanya lewat udara. Diharapkan bahwa dengan mengulangi pembentukannya dalam skala yang lebih besar, Prancis akan dapat memancing Giap untuk mengerahkan sebagian besar kekuatannya dalam sebuah serangan massal. Hal ii akan memungkinkan artileri Prancis yang unggul, persenjataan dan dukungan udaranya, menyapu kekuatan Viet Minh di medan yang terbuka. Sayangnya, para perwira staf Prancis gagal memperhitungkan sejumlah perbedaan penting antara Dien Bien Phu dan Nan Sanh.

Pertama, di Nan Sanh Prancis menguasai hampir semua dataran tinggi dan menikmati dukungan artileri yang berlimpah. Namun, di Dien Bien Phu, situasinya terbalik: Viet Minh menguasai sebagian besar dataran tinggi di sekitar lembah, dan artileri mereka jauh melebihi Prancis. Vo Nguyen Giap membandingkan Dien Bien Phu dengan sebuah "bakul nasi", di mana pasukan-pasukannya menduduki tepiannya, sementara Prancis menduduki dasarnya.

Kedua, Giap membuat kesalahan di Nan Sanh dengan mengerahkan pasukan-pasukannya dalam sebuah serangan frontal yang ceroboh sebelum sempat melakukan cukup persiapan. Di At Dien Bien Phu, Giap menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menumpuk amunisi dan menempatkan artileri berat dan senapan-senapan anti pesawat udara sebelum melakukan gerakannya. Tim-tim relawan Viet Minh dikirim ke kamp Prancis untuk mencatat tempat-tempat artileri Prancis. Artileri-artileri kayu dibangun sebagai kamuflase, dan senapan-senapan yang sesungguhnya dirotasi setiap beberapa salvo untuk membingungkan serangan balik Prancis. Akibatnya, ketika pertempuran mulai, Viet Minh tahu persis di mana letak artileri Prancis, sementara Prancis bahkan tidak sadar berapa banyak senapan yang dimiliki Giap.

Ketiga, dan yang terpenting, jembatan udara di Nan Sanh tidak pernah terputus meskipun Viet Minh melakukan tembakan anti pesawat udara. Di Dien Bien Phu, Giap mengerahkan sejumlah besar serangan anti serangan udara yang dengan segera menutup landasan terang dan membuatnya sangat mahal bagi Prancis untuk mengerahkan bala bantuan.

Operasi Castor
Operasi di Dien Bien Phu dimulai pada 10:35 pada pagi hari 20 November 1953. Dalam Operasi Castor, Prancis menerjunkan atau menerbangkan 9.000 pasukan ke wilayah itu selama tiga hari. Mereka mendarat di tiga daerah pendaratan - Natasha (barat laut dari Dien Bien Phu), Octavie (barat daya Dien Bien Phu), dan Simone (tenggara Dien Bien Phu).

Resimen ke-148 148 dari Elit Independen Viet Minh, yang bermarkas di Dien Bien Phu, bereaksi "dengan segera dan efektif", namun, tiga dari keempat batalyon mereka tidak hadir hari itu (Davidson, 193). Operasi-operasi awal berlangsung baik untuk Prancis. Pada akhir November, enam batalyon payung telah mendarat dan Prancis mengkonsolidasikan posisi-posisi mereka.

Pada saat inilah Giap memulai gerakan perlawanan baliknya. Giap telah mengharapkan datangnya serangan, tapi tidak dapat meramalkan kapan atau di mana hal itu akan terjadi. Giap menyadari bahwa bila ditekan, Prancis akan meninggalkan Provinsi Lai Chau dan berperang dalam sebuah pertempuran sengit di Dien Bien Phu. Pada 24 November, Giap memerintahkan Resimen Infantri ke-148 dan Divisi ke-316 untuk menyerang ke Lai Chau, dan Divisi ke-308, 312, dan 351 menyerang dari Viet Bac masuk ke Dien Bien Phu (Davidson, 196).
 
Penerjunan Pasukan Para Prancis di DBP

Sementara itu, Viet Minh telah memindahkan 50.000 pasukan regulernya bersama dengan 55.000 pasukan cadangan, pengangkut, dan milisi ke bukit-bukit di sekeliling lembah, seluruhnya berjumlah lima divisi, termasuk Divisi Berat ke-351 yang terdiri sepenuhnya dari artileri berat. Artileri dan senapan AA, yang jauh lebih banyak daripada artileri Prancis 4 banding 1, dipindahkan ke dalam posisi terkamuflase, mengarah ke lembah. Prancis mengalami tembakan artileri sporadik Viet Minh pertama kali pada 31 Januari 1954 dan patroli-patroli mereka menjumpai Viet Minh di segala penjuru. Mereka telah bersatu dalam pertempuran ini dan Prancis kini terkepung.

Kekalahan Pasukan Prancis

Keadaan berubah pada awal Maret 1954, ketika menjadi jelas bahwa pasukan Viet Minh (Sekutu Vietnam) yang kian bertambah masuk ke wilayah itu. Pertempuran itu sendiri dimulai pada 13 Maret ketika, dengan sangat mengejutkan bagi Prancis, Viet Minh melepaskan tembakan artileri besar-besaran. Pada akhir malam pertama 9.000 peluru artileri telah jatuh di daerah itu, dan posisi Beatrice dan Gabrielle telah jatuh, meskipun dengan kerugian besar pada pihak penyerangnya yaitu lebih dari 2.500 korban.
Dalam keberhasilan logistik yang besar, Viet Minh teleh berhasil mengangkut sejumlah besar peralatan mereka di bukit-bukit berhutan yang terjal, yang dianggap Prancis tidak dapat dilalui. Komandan artileri Prancis, Kolonel Piroth, yang sangat kecewa karena tidak mampu melakukan pukulan balik terhadap serangan-serangan Viet Minh yang terkamuflase dengan baik, masuk ke liang persembunyiannya dan membunuh dirinya sendiri dengan sebuah granat tangan. Ia dikuburkan di sana dengan sangat rahasia untuk mencegah hilangnya moril di antara pasukan Prancis.

Kejatuhan terakhir membutuhkan dua hari 6 Mei dan 7 Mei; dalam hari-hari itu Prancis bertempur terus namun akhirnya digulung oleh suatu serangan besar yang fonrtal. Serangan terakhir terjadi pada 7 Mei, ketika dalam sebuah serangan artileri Viet Minh besar-besaran, 25.000 dari orang-orang Giap yang tersisa menyerang kurang dari 3.000 pasukan Prancis dalam sebuah lingkaran yang kian menyusut. Pasukan Viet Minh tumpah ke sisa-sisa pertahanan Prancis dan meskipun Prancis bertahan dengan gigih, pasukan Viet Minh yang sama gigihnya mencapai markas besar Prancis pada pk 17:30 dan De Castries menyerah. Meskipun titik pertahanan kuat Isabelle masih bisa bertahan 24 jam lagi, pengepungan terhadap Dien Bien Phu secara teknis sudah selesai.

Sekurang-kurangnya 2.200 anggota dari 16.000 pasukan Prancis yang kuat meninggal dalam pertempuran. Dari sekitar 50.000-100.000 Viet Minh yang terlibat, diperkirakan hampir 8.000 orang terbunuh dan 15.000 lagi terluka. Rongsokan Tank Perancis di DBP, bukti kekalahan telak Prancis di Vietnam.
Lebih dari 11.000 tahanan yang ditawan di Dien Bien Phu - jumlah terbesar yang pernah ditangkap oleh Viet Minh: sepertiga daripada keseluruhan tawanan yang ditangkap selama perang. Para tawanan ini dibagi ke dalam kelompok-kelompok. Mereka yang masih sehat dan yang luka-luka namun bisa berjalan dipaksa berjalan sejauh sekitar 400 km ke kamp-kamp tahanan di utara dan timur. Ratusan orang mati karena penyakit dalam perjalanan. Yang luka-luka, sejumlah 4.436 orang, diberikan perawatan darurat hingga Palang Merah tiba, menyingkirkan 838 orang dan memberikan perawatan yang lebih baik kepada sisanya. Sisanya lalu dikirim ke tempat penahanan.

Kamp penjara ternyata bahkan lebih parah. Pasukan-pasukan Prancis, banyak di antaranya bahkan bukan orang Prancis, terus-menerus dibiarkan kelaparan, dipukuli dan dilecehkan. Banyak yang mati. Viet Minh menggunakan kehadiran para serdadu veteran Perang Dunia II Wehrmacht dan Waffen-SS yang berdinas di dalam Legiun Asing sebagai propaganda untuk melawan perjuangan Prancis. Sekitar 3.300 tahanan yang buruk gizinya dan kalah, dibebaskan pada 1958.

Kemenangan Viet Minh menyebabkan diselenggarakannya Persetujuan Jenewa 1954, yang membagi Vietnam menjadi Vietnam Utara yang komunis dan Vietnam Selatan yang pemerintahannya berada di bawah Prancis. Pembagian ini direncanakan hanya sementara, dan kedua wilayah itu akan dipersatukan kembali melalui pemilihan umum nasional pada 1956. Setelah Prancis menarik diri, AS mendukung pemerintah di selatan di bawah Kaisar Bao Dai sebagai kepala negara dan Perdana Menterinya, Ngo Dinh Diem, yang menentang persetujuan itu, dengan alasan bahwa Ho Chi Minh dari Utara telah membunuh para patriot Utara dan meneror rakyat di Utara dan Selatan. Pertikaian ini akhirnya meningkat menjadi Perang Indochina Kedua.

Mengenal Jenderal Douglas MacArthur


Flamboyan68 - Douglas MacArthur lahir pada tanggal 26 Januari 1880 di asrama tentara di Little Rock, Arkansas ketika orangtuanya ditugaskan di sana. Ayahnya adalah letnan jendral Arthur MacArthur, Jr., penerima Medal of Honor, dan ibunya Mary Pinkney Hardy MacArthur dari Norfolk, Virginia. Douglas MacArthur adalah cucu dari politikus Arthur MacArthur, Sr. Ia dibaptis di Christ Episcopal Church pada 16 Mei 1880.

Ayah MacArthur ditugaskan di San Antonio, Texas, pada tahun 1893. Di sana Douglas bersekolah di West Texas Military Academy dan kemudian United States Military Academy di West Point pada 1898. Ia lulus pada 1903 dan diberi gelar "First Captain Of The Corps Of Cadets". Misi pertamanya adalah sebuah misi pengintaian dalam pertempuran Veracruz yang terjadi pada tahun 1914. Pertempuran tersebut dalam sejarah ditulis sebagai pemberontakan Mexico atas USA. Disini Ia dinominasikan untuk penghargaan Medal of Honor.

Ia menikah dengan Henrietta Louise Cromwell Brookson pada 14 Februari 1922, dan bercerai pada 1929. Ia kemudian menikah dengan Jean Marie Faircloth pada 30 April 1937 dan dikaruniai satu anak, Arthur, di Manila pada 21 Februari 1938.

Douglas MacArthur merupakan seorang Jenderal legendaris yang dimiliki oleh Amerika Serikat. Ia adalah Kepala Staf Angkatan Darat AS pada tahun 1930-an dan kemudian berperan penting dalam Perang Dunia II. Ia ditugaskan untuk memimpin invasi ke Jepang pada November 1945, dan kemudian menerima penyerahan Jepang kepada Sekutu pada 2 September 1945. Selain itu, dia juga dijadikan kepala staf dan penasehat Angkatan Bersenjata Fillipina [1930),  ketika Filipina diserang Jepang. 

Presiden F.D Roosevelt menariknya ke Australia karena khawatir bahwa jenderal yang mengenal seluk beluk orang Jepang itu akan tertangkap dan terbunuh oleh musuh. Dia meninggalkan Fillipina dengan janjinya yang terkenal i shall return, MacArthur memenuhi janjinya ketika dia berhasil kembali ke Fillipina pada bulan Oktober 1944. Dia sendiri kemudian menerima penyerahan Jepang dalam kapasitasnya sebagai panglima pasukan sekutu pasifik.

MacArthur mengurus pendudukan Jepang dari 1945 sampai 1951 dan dianggap berjasa menerapkan berbagai perubahan demokratis.  Ia memimpin tentara PBB di Korea dari 1950–1951 melawan invasi Korea Utara. MacArthur dicabut dari jabatan pemimpin oleh presiden Harry S. Truman pada April 1951 karena menentang kebijakan Truman dalam Perang Korea di depan umum. MacArthur bertempur dalam tiga perang besar, Perang Dunia I, Perang Dunia II, dan Perang Korea.

Peran penting Jenderal Douglas MacArthur yang ikut terlibat dalam Perang Dunia I besar sekali dan dari sinilah karier militernya menanjak pesat. Disini pangkatnya naik menjadi Brigadir Jenderal dan dinominasikan kembali untuk Medal of Honor. Selama perang ini ia terlibat dalam Pertempuran di Reim (Battle of Reims/Battle of the Marne), kemudian pertempuran Saint-Mihiel dan pertempuran Meuse-Argonne atau yang dikenal juga dengan Battle of the Argonne Forest.

Pada tahun 1935, Presiden Filipina Manuel Quezon meminta MacArthur untuk mengawasi pembentukan Angkatan Darat Filipina. Saat itu Filipina sudah mencapai status semi-independen sebagai negara persemakmuran. Atas persetujuan Presiden Roosevelt, MacArthur menerima tawaran tersebut.

Pada tanggal 24 Agustus 1936, sebuah upacara diadakan di Istana Malacanang. Dalam upacara tersebut Presiden Quezon menganugerahkan gelar panglima tertinggi dari Angkatan Bersenjata Filipina kepada MacArthur. Sebuah simbolis diserahkan kepada MacArthur berupa seragam dan tongkat emas. Tugasnya adalah melatih 40.000 personel militer Filipina per tahun termasuk juga menangani pembentukan akademi militer Filipina yang bertujuan mencetak komandan-komandan militer setingkat West Point.

Pada awal invasi Jepang di Filipina, Jenderal ini sempat terdesak hingga mendirikan markas pertahanan terakhir di Bataan dan Cooregidor, sebelum kemudian diungsikan ke Australia oleh Washington. Saat itu ucapannya yang terkenal adalah “I came out of Bataan and I shall return”. Walau sempat terusir dari Filipina, namun atas perannya menahan invasi Jepang di Filipina, Douglas MacArthur akhirnya dianugerahi Medal of Honor yang telah sempat dua kali dinominasikan sebelumnya. Dari perang di Filipina, sebanyak 12.000 tentara Jepang tewas. Itu adalah harga yang sangat besar yang harus dibayar Jepang. Sedangkan di pihak Amerika 30.000 pasukan tewas dan 110.000 pasukan Filipina tewas. Sisa pasukan yang tertawan kebanyakan mati dalam long-march yang dilakukan dari Bataan ke kompleks tahanan O’Donnel yang jaraknya lebih dari 100 Km.

Dari Australia MacArthur bersama dengan Chester W. Nimitz merancang operasi-operasi kontra ofensif terhadap Jepang. Titik balik pertama adalah Battle of Midway yang terjadi pada tahun 1942. Dari kode sandi yang berhasil dipecahkan Amerika, diketahui detail rencana dan kekuatan ofensif Jepang yang saat itu bertujuan menduduki Port Moresby. Berturut-turut MacArthur berhasil menguasai New Guinea, rangkaian kepulauan Pasifik dan merebut kembali Filipina. MacArthur yang kemudian diangkat sebagai panglima Angkatan Darat Amerika di Pasifik. Rencana untuk menduduki tanah Jepang kemudian disiapkan, namun Jepang keburu menyerah. Douglas MacArthur memimpin upacara penyerahan Jepang di atas kapal perang USS Missouri pada 2 Desember 1945. Dengan itu Perang Asia Timur Raya secara resmi berakhir.

Douglas MacArthur kemudian terlibat dalam Perang Korea pada tahun 1950. Ia memimpin pasukan perdamain dari PBB dan memukul mundur pasukan Korea Utara yang saat itu dibantu China. MacArthur kemudian mengusulkan rencana untuk merebut beberapa wilayah di China namun ditolak oleh Presiden Harry S. Truman. MacArthur kemudian ditarik kembali ke Washington. Ia meninggal pada 5 April 1964 dalam usia 84 tahun. Dalam sebuah pidato perpisahan di kongres, ada ucapannya yang terkenal yaitu “Old soldiers never die, they just fade away”.

Beberapa relief didirikan untuk menghormati dan mengenang beliau, termasuk patungnya yang didirikan di West Point. Dalam hal keluarga, semasa hidupnya Douglas MacArthur menikah dua kali. Pernikahan pertamanya berlangsung pada 14 Februari 1922 dengan Henrietta Louise Cromwell Brookson. Kemudian pernikahan kedua pada 30 April 1937 dengan Jean Marie Faircloth. Dari pernikahan keduanya ini Ia dikaruniai satu orang anak yang lahir di Manila.

Penghargaan-penghargaan yang diterima oleh Jenderal MacArthur, antar lain:
  • Medal of Honor
  • Distinguished Service Cross (3)
  • Army Distinguished Service Medal (5)
  • Navy Distinguished Service Medal
  • Silver Star (7)
  • Distinguished Flying Cross
  • Bronze Star
  • Air Medal
  • Purple Heart (2)
sumber: www.wikipedia.co.id
Blog flamboyan68.blogspot.com
Apabila anda ingin mendapatkan artikel terbaru dari blog flamboyan68 lewat pesan email gratis. Silahkan tulis alamat email anda di kotak yang tersedia bawah ini


Supported by Blogaul

Sobat Blogger